Selasa, 05 April 2016

Berkristologi dalam Konteks Jemaat Desa Tuwung



Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus karena atas berkat dan karuniaNyalah makalah yang penulis buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Dogmatika 1 ini dapat selesai.  Dalam paparan isi makalah yang penulis sajikan pada halaman selanjutnya. penulis mengupayakan menjelaskan bagian-bagian yang menjadi dasar permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah penulis. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan dukungan dari berbagai pihak serta semangat untuk membuat tulisan yang bermanfaat maka tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Inti dasar dari permasalahan yang penulis paparkan dalam makalah ini yaitu mengenai Yesus sebagai Danau Sabuah . Berbagai sumber bacaan yang dapat membantu, penulis gunakan sebagai pedoman penulis membuat makalah ini, terutama buku dan sumber internet. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
                                                                                                              






BAB I
PENDAHULUAN
            Berkristologi merupakan sebuah upaya untuk menjawab secara kontekstual pertanyaan yang umum dilontarkan yakni “Siapakah Yesus”. Berangkat dari pertanyaan tersebut, Kristologi secara sfesifik kegiatan berkristologi ini sendiri adalah upaya untuk menjelaskan pertanyaan Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya didalam Injil Lukas 9 :20.a. “Menurut Kamu Siapakah Aku ini ?”. Itu adalah upaya untuk mendapatkan jawaban tentang siapakah Yesus itu menurut diri sendiri dalam memahami Dia. Tulisan ini adalah tentang “Yesus Sebagai Danau Sabuah dalam konteks Dayak Ngaju desa Tuwung, penulis ingin berupaya menggambarkan bahwa sosok Yesus adalah memiliki kesamaan dengan Danau Sabuah. Tulisan ini diharapkan bisa menjawab siapakah Yesus jika dilahat dari sudut pandang Dayak Ngaju dalam wujud Danau Sabuah.
            Dalam tulisan ini penulis melakukan upaya bereklesiologi berangkat dari permasalahan yang ada dikalangan masyarakat Dayak Ngaju desa Tuwung. Penulis tidak berangkat dari Kebudayaan (antropologis) ataupun tokoh masyarakat Dayak. Danau Sabuah bagi masyarakat desa Tuwung sangat penting. Hal ini Nampak dari ketergantungan masyarakat Tuwung terhadap danau tersebut. Terlihat bahwa Danau Sabuah menjadi penyelamat dan sumber kehidupan bagi masyarakat Tuwung. Di bawah ini penulis akan mencoba memaparkan isi makalah ini dengan baik.




 BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Singkat Suku Dayak Ngaju
Berdasarkan sejarahnya, suku dayak yang menghuni pulau Kalimantan merupakan keturunan dari para imigran yang berasal dari daerah Yunnan Cina Selatan. Kelompok-kelompok yang pertama masuk Kalimantan adalah kelompok Negrid dan Wedid yang sekarang sudah tidak lagi ada. Kemudian disusul kelompok yang lebih besar yang disebut dengan Proto-Melayu. Perpindahan mereka ini diperkirakan terjadi di antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Kelompok-kelompok imigran ini memilih waktu dan jalan yang berbeda. Ada kemungkinan suku-suku bangsa Dayak yang bermukim di Kalimantan Tengah dan Selatan untuk beberapa waktu singgah di Sumatera dan Jawa.[1] Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penyebaran gelombang kedua yang disebut Deutero Melayu sekitar 200-300 Sebelum Masehi. Mereka ini berasal dari Tiongkok Selatan. Selanjutnya dalam Proses Interaksi Sosial terjadi pembauran antara Proto-Melayu dan Deutero-Melayu. [2]Kedua Keturunan inilah yang menghuni Pulau Kalimantan, Termasuk Suku Dayak Ngaju dewasa ini.
            Tempat tinggal suku-bangsa Ngaju adalah di sepanjang sungai besar Kalimantan Tengah, seperti Kapuas, Kahayan, Rungan, Manuhing, Barito dan Katingan. Di daerah aliran sungai Kahayan suku-bangsa Ngaju berdiam di sebelah hilir. Batas kediaman orang Ngaju di hulu Kahayan hanya sampai di Tumbang Miri saja sebagai nya yang terakhir, sedangkan di hilir terus turun sampai ke muara sungai Kahayan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ngaju dan telah lama menjadi Lingua Franca orang dayak Kalimantan Tengah. Peranan bahasa Ngaju menjadi penting di Kalimantan Tengah, berkat usaha para Zending Protestan dari Jerman yang telah memilih bahasa itu dalam penyebaran agama Kristen dan dalam menterjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa pribumi. [3]
B.  Sejarah Singkat Desa Tuwung
            Dahulu sekitar abad ke-18 M nama asal Desa Tuwung adalah Dukuh Bengkel yang di kepalai oleh seorang Kepala Dukuh yang bernama Hamun. Kampung Dukuh Bengkel pada saat itu terletak dipinggir sungai Kahayan. Saat itu, DukuhBengkel berada di bawah Pemerintahan Kampung Sigi yang dikepalai oleh Jaga Takep. Selanjutnya warga Dukuh Bengkel pindah ke Kampung Tuwung yang diprakarsai oleh Kandang Kasau sehingga menjadi kampong devinitif sampai tahun 1979. Pada tahun 1980 Kampung Tuwung berubah status menjadi Desa Tuwung.
            Pada mulanya Tuwung terletak di pinggir sungai Kahayan. Pada umumnya  ini di huni oleh orang Ngaju. Tidak ada informasi yang jelas siapa yang pertama mendirikan desa ini. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa orang yang pertama-tinggal di desa ini adalah orang yang berasal dari hilir yang bekerja di hutan daerah tersebut. Para pekerja ini membawa keluarganya untuk menetap didaerah tersebut dengan alasan pekerjaan. Dalam perkembangannya, Pada Tahun 80-an jumlah kepala keluarga di desa ini sekitar 85 KK. Jalur transportasi yang digunakan umumnya adalah jalur Sungai (Sungai Kahayan). Konon, apabila menggunakan perahu membutuhkan waktu 1 satu penuh untuk bisa sampai ke kota Palangka Raya. Sekolah yang tersedia hanyalah Sekolah Dasar, karena Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah ke Atas berada di ibu kota Kecamatan, yaitu di  Bukit Rawi. Karena keadaan yang tidak memungkinkan, ada banyak anak-anak yang tidak mau melanjutkan sekolahnya dengan alasan jarak yang jauh dan biaya yang mahal. Pekerjaan pada umumnya adalah mambatang[4] dan manetes[5]. Kehidupan pada saat itu masih bergantung pada hasil hutan, seperti kayu dan rotan. Hasil hutan ini kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam memenuhi kebutuhan sandang, masyarakat harus membelinya dari para pedagang Banjar yang berdagang menggunakan Kapal.[6]
            Pada perkembangannya, sekitar tahun 1985 desa Tuwung mengalami perpindahan dari pinggir sungai Kahayan ke daerah trans yang terletak di pinggiran jalur lintas Palangka Raya - Kuala Kurun. Akibatnya  Tuwung yang awalnya terletak di pinggir sungai Kahayan menjadi kosong tanpa penduduk. Semua warga pindah ke tempat yang baru.  Tuwung yang lama dewasa ini di sebut Tuwung Sila[7], dan Masyarakat dayak Ngaju biasanya menyebutnya Kaleka Lewu[8]. Sampai saat ini masyarakat menetap di tempat yang baru. Adapun alasan perpindahan tersebut adalah karena letak yang terlalu rendah dari permukaan sungai, sehingga apabila air pasang desa menjadi banjir dan aktivitas masyarakat tidak berjalan dengan baik.
C. Gambaran Umum Masyarakat  Tuwung
             Tuwung merupakan  yang paling dekat dengan Kotamadya Palangka Raya dan Kecamatan Kahayan Tengah (Ibukota Bukit Rawi). Kecamatan Kahayan Tengah Memiliki 14 desa yaitu : Desa Tanjung Sangalang, Desa Penda Barania, Desa Bukit Rawi, Desa Tuwung, Desa Sigi, Desa Petuk Liti, Desa Bukit Liti, Desa Bahu Palawa, Desa Pamarunan, Balukon, Desa Bukit Bamba, Desa Parahangan, dan Desa Bereng Rambang.  Kecamatan Kahayan Tengah memiliki luas 1.638 km2 atau 2,50%, secara astronomis terletak pada posisi 02°08’56’ - 02°09’37’ Lintang Selatan dan 113°94’ - 114°65’ Bujur Timur.[9]
            Secara administratif, Kecamatan Kahayan Tengah ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan       :DesaSigi/ Desa Bukit Guha
Sebelah Selatan berbatasan dengan                :Desa Bukit Rawi
Sebelah Timur berbatasan dengan      :HutanProduksi/KecamatanTimpah Kab.Kapuas
Sebelas Barat berbatasan dengan        :HutanProduksi/ Kecamatan Bukit Batu Kota                        Palangka Raya
            Kondisi fisik wilayah (fisiografi) Kecamatan Kahayan Tengah, pada bagian utara dan timur sebagian besar berada di wilayah daratan dengan tingkat ketinggian antara 0-50 m di atas permukaan laut dan tingkat kemiringan antara 0-8%, sedangkan pada bagian barat dan selatan terdiri atas daerah rawa. Curah hujan yang dimiliki kecamatan kahayan tengah dengan rata-rata pada musim hujan sebesar 242 mm dan pada musim kemarau rata-rata 50 mm. Curah hujan rata-rata 2057 mm pertahun dengan suhu 25°C - 35°C. Hal ini membuktikan bahwa bidang pertanian dengan subbidang kehutanan dan perkebunan sangat baik untuk diperdayakan baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.[10]  Desa Tuwung merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas wilayah Desa Tuwung yaitu 115 Km.
Desa Tuwung terdiri dari 2 Rukun Tetangga (RT) yaitu RT 01 dan RT 02. RT 01 terdiri dari 58 KK dengan 227 jiwa, sedangkan RT 02 terdiri dari 78 KK dengan  325 jiwa. Jadi, Desa Tuwung berpenduduk 136 KK dengan 552 jiwa. Penduduk Laki-laki berjumlah 294 jiwa dan Penduduk Perempuan berjumlah 258 jiwa. Pemeluk Agama Kristen berjumlah 382 jiwa, Islam 73 jiwa, Hindu Kaharingan 98 jiwa. Dari data ini terlihat bahwa mayoritas penduduk Desa Tuwung beragama Kristen.
            Perdagangan hampir 80% dikuasai oleh orang Banjar dan Jawa. Meskipun ada sebagian kecil para pedagang berasal dari masyarakat setempat. Di desa ini, hanya sedikit warganya yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri.  Pegawai Negeri kebanyakan berprofesi sebagai guru SD serta pekerja dikantor Balai desa. Dengan melihat keadaan masyarakat Tuwung yang boleh dikatakan masih menyandarkan kehidupannya dengan cara menyadap karet. Maka dapat dikatakan kemampuan ekonomi masih pas-pasan.
            Bagi para pendatang baru (suku Batak, Jawa, dan Banjar) yang datang, mereka tidak menutup kemungkinan untuk bergabung dalam masyarakatnya, bahkan menjadi bagian dalam anggota keluarga. Struktur sosial yang ada di  Tuwung terdiri atas:
1. Penghulu adat
2. Kepala  dan aparatnya
3. Lembaga Sosial Masyarakat.
            Masyarakat di desa ini sangat memegang teguh adat istiadat mereka, secara turun temurun mereka tetap melaksanakannya, baik adat istiadat tentang kehidupan dan hukum adat tentang kematian. Untuk itulah dalam masyarakat setempat membentuk perhimpunan adat yang dikepalai oleh kepala adat. Adapun hukum adat yang digunakan oleh masyarakat Tuwung merupakan hukum adat yang sudah ada dari nenek moyang jaman dulu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ngaju.
            Mata pencaharian masyarakat di Tuwung beragam dari tahun ke tahun. Mata pencaharian masyarakat tahun 1990an adalah berladang, karet (mantat), Rotan (netes), Menangkap ikan, Dagang Sembako. Sejak Tahun 2000 dari empat bidang usaha yang mendominasi adalah mata pencaharian bidang pertanian dan perkebunan. Hal ini menunjukan bahwa usaha bidang pertanian dan perkebunan sudah menjadi pemenuhan pendapatan bagi keluarga desa  Tuwung. Mata pencaharian ini terus berjalan sampai saat ini.
            Pada umumnya profesi masyarakat Tuwung adalah sebagai Pamantat[12]. Nampak bahwa dampak yang ditimbulkan dari perpindahan letak  adalah terjadi perubahan mata pencaharian. Masyarakat Tuwung tidak lagi bekerja sebagai Pambatang dan Penetes. Berdasarkan Monografi Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kahayan Tengah, Tahun 2008, jumlah warga  Tuwung yang bekerja sebagai Pamantat sebanyak 178 KK.  Desa Tuwung merupakan yang secara merata dan yang paling mendominasi adalah pekerjaan dalam bidang pertanian dan perkebunan karet. Di desa ini terdapat 1 pasar, 8 toko/kios, dan 2 warung.


D.  Masalah yang Sedang di Hadapi
            Berikut penulis akan memaparkan masalah yang umum dihadapi oleh masyarakat Tuwung dewasa ini, diantaranya adalah:
a. Penurunan Harga Karet
            Masyarakat Tuwung pada umumnya adalah Pamantat. Pendapatan dari hasil menyadap karet semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dewasa ini masyarakat Tuwung banyak mengeluh dengan turunnya harga karet. harga karet yang dulunya mencapai Rp. 18.000/Kg, kini hanya berkisar Rp. 6500/Kg. Akibatnya ada banyak warga yang memilih untuk tidak menyadap karet. Hal ini merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh masyarakat Tuwung pada saat ini. “ jia harapan ndai amun je mantat wayah tuh nah, sampet lepah behas melai huma, malaok ih je puna pasti, amun je maharap gajih nah di baka” (tidak ada harapan lagi kalau masih menyadap  sekarang  ini, sempat habis beras di rumah, hanya mencari ikan yang pasti, kalau hanya mengaharapkan gajih percuma). Nampak bahwa terjadi keputusasaan karena penurunan harga karet. kebun karet banyak yang tidak lagi di urus. Salah satu akibatnya adalah lumpuhnya perekonomian. Dewasa ini, perekonomian masyarakat desa Tuwung dapat dikatakan pas-pasan
b. Kebakaran Hutan
            Sejak tahun 2010-2015 terdapat setidaknya 5 lahan masyarakat Tuwung terbakar. Kebakaran terjadi diduga akibat kelalaian warga dalam menjaga lahannya. Umumnya masyarakat Dayak apabila hendak bercocok tanam/berladang harus membakar lahannya terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar tanah yang menjadi tempat penanaman menjadi subur serta lahan tersebut menjadi bersih dari kayu-kayu yang menghalangi proses penanaman. Akan tetapi pembakaran tersebut oleh masyarakat Tuwung tidak di jaga dengan baik agar tidak menjalar ke lahan yang lain. Akibatnya banyak lahan warga yang lain ikut terbakar bersama dengan tanaman yang sudah di tanami sebelumnya, tanpa terkecuali pohon karet. Dampak lain yang begitu menyedihkan adalah masyarakat tidak lagi dapat menyadap karet seperti biasanya karena terbakar habis.
c. Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan
            Pendidikan adalah salah satu jalan agar seseorang mendapat status sosial yang lebih baik. Umumnya orang berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anaknya. Namun tidak demikian yang terjadi di desa Tuwung. Kesadaran akan pentingnya pendidikan sangat lemah. Mereka lebih baik memilih untuk bekerja bahkan kawin muda. Pendidikan di anggap hanya untuk menghabiskan uang yang ada. Ketika penulis bertanya dengan salah satu pemuda, jawabannya adalah “narai guna sakula sakira palepah duit ih, are uluh je S1 sama ih ampi ah, Jatun kare bagawi hang kantor kia. Nenga beban akan uluh bakas ih, kueh jadi susah, nambah susah hindai” ( apa gunanya sekolah yang sekiranya menghabiskan uang saja, banyak orang yang S1 nampaknya sama saja, tidak ada yang bekerja di kantor. Memberikan beban kepada orang tua saja, sudak miskin, tambah miskin). Selain itu, salah satu penyebabnya adalah kemiskinan yang merajalela. Orang tua kebanyakan tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, terkhususnya di perguruan tinggi.
E. Gambaran Danau Secara Umum
            Danau merupakan salah satu contoh dari perairan tergenang yang memiliki aliran yang sangat kecil atau bisa di sebut tidak memiliki arus. Sebagian besar danau terbentu akibat bencana alam pada zaman-zaman es atau masa-masa aktivitas tektonik atau vulkanik yang sangat intensif dan hanya terjadi pada tempat tertentu saja di daratan, maka penyebarannya tidak merata, walaupun terdapat danau buatan yang sengaja di buat oleh manusia untuk kepentingan tertentu.
            Danau adalah cekungan yang merupakan genangan air yang sangat luas di daratan. Danau dapat dipandang sebagai tempat penampungan (reservoir) air tawar di darat pada ketinggian tertentu di atas permukaan laut yang bersumber dari mata air, air hujan, sungai, dan gletser. [16]
            Berikut penulis akan paparkan Klasifikasi Danau dan manfaat pada umumnya:
a. Danau Alami
1.  Danau Tektonik
                        Danau tektonik adalah danau yang terjadi karena adanya tenaga tektonik yang menyebabkan bentuk permukaan bumi lebih rendah daripada daerah di sekitarnya. Air yang masuk ke tempat itu tergenang dan terjadilah danau. Contoh danau tektonik antara lain Danau Tempe, Towuti, Poso, Tondano (Pulau Sulawesi), Laut Tawar, Maninjau, dan Singkarak (Pulau Sumatra).
 2.  Danau Vulkanik
                        Danau Vulkanik adalah danau yang terjadi karena adanya aktivitas gunung api. Daerah bekas letusan gunung, terbentuk cekungan yang kemudian terisi oleh material vulkanik yang tidak tembus air sehingga air hujan yang jatuh di cekungan itu tertampung dan terbentuklah danau vulkanik. Contoh danau vulkanik antara lain Danau Kalimutu (Flores), Segara Anakan (Rinjani), Sarangan, Kawah Ijen, dan Kerinci. Apabila telah terbentuk danau, kemudian vulkan aktif kembali dan aktivitas vulkan ini bersamaan dengan peristiwa tektonik, danau yang terbentuk disebut danau vulkano tektonik. Contoh danau vulkano tektonik adalah Danau Toba di Sumatra Utara.


3.  Danau Karst
                        Danau karst adalah danau yang terjadi di daerah karst. Danau ini terjadi karena adanya lapisan yang tidak tembus air menutup dasar dan pipa karst, sehingga air hujan yang jatuh di tempat itu tidak dapat meresap dan terbentuklah danau. Biasanya danau ini kecil dan bersifat temporer. Contohnya danau karst di Pegunungan Sewu, Yogyakarta.

4.  Danau Gletser
                        Danau gletser adalah danau yang terjadi karena adanya pencairan es. Danau gletser biasanya terdapat di kaki gunung atau pegunungan bersalju, misalnya di pegunungan Jawa Wijaya (Papua) dan Pegunungan Alpen (Swiss).
5.  Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
                        Danau tapal kuda adalah danau yang terbentuk karena meander yang terputus. Danau ini bentuknya seperti tapal kuda atau melengkung.
b. Danau Buatan
                        Danau buatan juga disebut dengan waduk. Danau bendungan atau waduk adalah adalah danau yang terjadi karena adanya aliran air yang tertimbun baik secara alami maupun buatan manusia. Bendungan yang dibuat oleh manusia sering disebut waduk atau danau buatan. Contoh danau buatan antara lain Jatiluhur, Karangkates, Riamkanan, dan Gajah Mungkur.[17]
c. Manfaat Danau
                        Bagi Makhluk hidup, danau merupakan salah satu sumber mata air dan keberadaannya sangatlah penting untuk menunjang kehidupan. Baik organisme di dalam danau itu sendiri, maupun kehidupan disekitarnya. Fungsi danau secara umum adalah sebagai sumber air tawar, sumber pembangkit tenaga listrik, pengairan atau irigasi, pencegah banjir, sarana rekreasi dan olahraga dan juga sebagai bendungan.[18]
F. Peran Dan Fungsi Danau Sabuah Bagi Masyarakat Tuwung
            Bagi masyarakat Tuwung, Danau Sabuah memberikan kehidupan. Hal ini nampak dari kehidupan masyarakat Tuwung yang tidak bisa lepas dari profesi mereka sebagai nelayan. Bagi masyarakat Tuwung Danau Sabuah memberikan kehidupan secara jasmaniah, dengan tetap menangkap ikan masyarakat Tuwung tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli ikan/lauk. Sehingga kehidupan mereka terjamin tanpa harus takut makan tanpa lauk. Dari hasil tangkapan ikan masyarakat Tuwung setidaknya mendapat makanan. Kandunan gizi yang terdapat pada ikan cukup untuk membuat masyarakat Tuwung menjadi sehat dan tetap hidup.
            Akibat dari penurunan harga karet dan kebakaran hutan yang terjadi di desa Tuwung, masyarakat tidak lagi sepenuhnya berprofesi sebagai Pamantat. Awalnya masyarakat Tuwung banyak yang tidak memiliki pekerjaan akibat permasalahan yang sudah dijelaskan di atas. Kini masyarakat Tuwung memilih untuk bekerja sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Danau Sabuah telah memberikan tempat akan hal tersebut. Masyarakat Tuwung memilih membuat keramba ikan. Ada banyak keramba-keramba[19] ikan yang ada di Danau Sabuah, baik keramba bambu maupun keramba kayu. Ikan yang di pelihara sangat bervariasi, contohnya ikan Patin, Nila, Gabus dan lain-lain. Hasil yang diperoleh dari usaha di Danau ini dapat mencukupi kebutuhan ekonomi.
            Danau Sabuah dapat dikatakan sebagai tempat Pelestarian Alam. Hal ini terlihat ketika pemerintah Desa Tuwung melarang untuk melakukan penangkapan ikan dengan cara menyetrum dan meracuni ikan yang ada di danau. Alasan utama pemerintah desa mengeluarkan larangan tersebut adalah supaya ikan yang ada di Danau Sabuah tetap terjaga kelestariannya.  Ikan-ikan dan apa yang tersedia di Danau ini tidak dapat digunakan/diambil secara sembarangan, apalagi oleh pihak luar. Akan ada sangsi bagi yang melanggar aturan tersebut. Hutan yang ada di pinggiran Danau Sabuah tidak dapat di tebang sembarangan apalagi dibakar, karena dianggap merusak lingkungan dan keindahan Danau Sabuah.
            Fungsi estetika yang terdapat di Danau Sabuah juga sangat tinggi. Sehingga tidak jarang orang-orang luar, tanpa terkecuali para Turis datang untuk melihat keindahan yang terdapat di danau ini. Masyarakat biasanya di minta untuk mengantar mereka untuk mengelilingi Danau ini. Kegiatan yang biasanya dilakukan adalah berenang, berfoto, memancing, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang masyarakat setempat menangkap ikan bersama-sama. Biasanya dengan cara Baharak[20] dan Marempa[21]. Nampak bahwa Danau Sabuah mampu menarik minat dan menjadi pemersatu. Sehingga sehingga masyarakat Tuwung bisa berhubungan dan berinteraksi langsung dengan orang luar. Dalam perkembangannya Danau Sabuah menjadi objek wisata. Pemilik objek wisata ini adalah orang yang berasal dari luar dan tinggal menetap di desa Tuwung. Mereka berhubungan baik dengan warga setempat bahkan menjadi penduduk desa Tuwung.
            Danau Sabuah pahami sebagai pembuka jalan kehidupan oleh masyarakat desa Tuwung. Tanpa danau ini, mereka tidak tau lagi bagaimana harus melanjutkan hidup. Seluruh kehidupannya mereka gantungkan kepada danau ini. Salah seorang warga pernah mengatakan kepada penulis demikian “Dia katawan ampi ndai ih amun jatun danau je tuh, usaha beken jatun ndai. Ganan karet je jatun rega tuh nah je puna ngampehe. Untung ih je tege danau jituh” (tidak lagi harus apa kalau tidak ada danau ini, usaha yang lain tidak ada. Oleh harga getah yang tidak ada harganya lagi membuat sakit. Untung saja ada danau ini). Hal ini menggambarkan bahwa Danau Sabuah hadir sebagai penyelamat. Akibat kepelbagaian masalah yang dihadapi.

G. Yesus dalam Kitab Injil Sinoptik
G.1. Yesus Kristus Dalam Injil Matius
            Apabila kita memperhatikan Struktur Injil Matius secara seksama, maka Nampak bahwa Injil Matius mempunyai dua fokus Teologis. Pada bagian narrative perhatian berpusat pada Kristus, sedangkan dalam Khotbah ternyata Gereja/umat yang menjadi pusat perhatian. Akan tetapi justru struktur yang berusaha mempersatukan kotbah dengan Yesus memperlihatkan kedua tema tidak boleh dipertentangkan. Para ahli berpendapat bahwa Matius 28: 18-20 menghubungkan kedua tema tersebut sekaligus menjadi kunci Injil Matius.[22]
            Dalam Injil Matius, Petrus pernah mengeluarkan Pengakuan yang berbunyi “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Pengakuan Petrus ini menjadi titik berangkat rumusan kristologi Yesus sebagai Anak Allah.[23] Nama Anak Allah memiliki arti yang khusus dalam Injil Matius. Pemakaian nama Anak Allah Matius gunakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda (Bdk. Mat. 3:17, 4: 6, 17: 5, 8: 29, 26: 63, 2: 15, 14: 33, 16:16, 27: 54). Bagi Matius nama Anak Allah bukan hanya gelar kehormatan, tetapi sungguh-sungguh mengungkapkan kesatuan dan kesamaan Yesus dengan Allah.[24] Sebenarnya ada banyak nama[25] yang di pakai dalam menunjuk Yesus dalam Injil Matius, tetapi yang paling mencolok adalah nama Anak Allah.
G.2. Yesus Kristus Dalam Injil Markus
            Injil Markus Secara singkat memberikan inti pokok Kristologinya. Kristus, Anak Manusia, dan Anak Allah terungkap seluruh Kristologi Markus. Titik pangkalnya adalah pengakuan Petrus. Akan tetapi gelar Mesias atau Kristus rupanya mulai hilang arti yang sepenuhnya ketika Markus mengarang Injilnya. Maka dengan pertolongan nama Anak Manusia dan Anak Allah markus berusaha member arti penuh lagi kepada nama Kristus.[26]
            Dalam Injilnya Nampak Markus sangat menekankan penderitaan Kristus. Setelah itu Markus juga menonjolkan kedudukan Kristus sebagai hakim pada akhir zaman. Bagi Markus Kristus adalah penebus yang menderita, wafat dan bangkit. Akan tetapi Yesus adalah juga Anak Manusia, yang artinya dia yang datang pada akhir zaman sebagai hakim.[27] Di dunia ini Yesus sudah disebut sebagai Anak Manusia, Karena pada akhir zaman Ia akan tampil ke muka sebagai Anak Manusia. Kemulian yang dimiliki pada akhir zaman, sekarang sudah ada padaNya, karena Yesus sudah berkembang kearah kemuliaan itu. Sumber “Q” (orang yang mencatat perkataan indah Yesus menghubungkan Anak Manusia dengan kerajaan Allah. “Q” memberi penekanan bahwa manusia harus siap sedia untuk hari kedatangan Anak Manusia.[28]
G.3. Yesus Kristus Dalam Injil Lukas
            Dalam Injil Lukas Juruslamat juga disebut dengan Kristus, yang artinya di urapi atau yang ditahbiskan. Nama ini menunjukkan kepada jabatan yang di pangku oleh Sang Juruslamat.[29]
                        Kekhususan pandangan Lukas terhadap Yesus kelihatan juga dalam pemakaian nama yang “umum” seperti Kristus, Anak Manusia, dan Anak Allah. Nama Kristus tidak begitu kerap digunakan. Dan biasanya di pakai sebagai nama diri, khususnya dalam Kis. Tetapi dalam Lukas dikatakan, “Kristus, yaitu Raja.[30]

            Dalam pernyataanNya Yesus menerangkan kepada Emaus bahwa Kristus Harus menderita. Nampak bahwa Lukas sudah mengetahui arti kata Kristus. Rupanya bagi Lukas nama “yang di urapi” mempunyai arti yang baru, yaitu Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Mungkin itupun arti pengakuan Petrus “Kristus dari Allah”, dengan kata lain Kristus adalah orang yang dipilih Allah. Lukas sendiri mengakui bahwa “Tuhan Mengutus Yesus”, yang dari semula di untukkan bagi orang Israel sebagai Kristus. Sebenarnya Lukas juga lebih senang memakai nama Kyrios[31], yang lebih cocok dengan umat Yunani.[32]
G.4. Yesus Kristus Dalam Injil Yohanes
            Ada banyak nama Yesus yang dipakai oleh Yohanes, akan tetapi hal yang paling mencolok dari Injil Yohanes adalah ketika dalam permulaan Injil menyebut Yesus sebagai “Logos” atau “Firman”. Kata ini hanya 4 kali disebutkan dalam Injil Yohanes, tetapi justru karena nama ini dipakai jelaslah bahwa bagi Yohanes nama ini mengandung arti yang amat penting. Akan tetapi arti yang penting itu sulit ditemukan. Kata ini tidak didapati dalam karangan Injil yang lain.[33] Yesus disebut Firman Allah adalah perkembangan penting dalam Kristologi. Ini adalah suatu pernyataan tegas bahwa firman yang adalah pengantara Allah dalam penciptaan itu adalah sama dengan manusia Yesus dari Nazaret (Yoh. 1:46).[34]

H. Pandangan Alkitab Mengenai Yesus
Menurut kesaksian seluruh kita suci Allahlah yang menjadi pelaku pertama dan utama penyelamatan penyelamatan menusia berdosa. Akan tetapi khususnya Perjanjian Baru member kedudukan kunci kepada Yesus Kristus dalam penyelamatan dari Allah dalam sejarah. Dalam 1 Korintus 1:30 telah merumuskan peranan Yesus Kristus dalam penyelamatan sebagai berikut: “oleh Dia kamu berada dalam Kristus yang oleh Allah telah menjadi hikmat, pembenaran dan pengudusan.[35]
Yesus adalah juruslamat dunia. Hanya dialah Mesias yang dijanjikan. Ia bukan salah satu tokoh dalam mitologi. Ia sungguh berwujud dalam sejarah.
Sejak masa Perjanjian Lama, dikatakan bahwa orang-orang Yahudi menanti-nantikan kedatangan seorang Mesias, yang akan menyelamatkan mereka. Ketika Yesus muncul dalam Perjanjian Baru, mereka mengharapkan Yesus datang untuk menyelamatkan mereka dari penindasan kekuasaan Romawi. Yesus memang datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia yang amat dikasihi-Nya, namun bukan hanya seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi yaitu sekedar menyelamatkan dan membebaskan secara manusiawi dari penjajahan bangsa asing, tetapi lebih dari itu semua, Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa, dari ikatan-ikatan kuasa kegelapan dan kuasa maut. Yesus datang untuk membawakan suatu kehidupan baru yang mengarah kepada kehidupan kekal itu, yaitu kehidupan persatuan dengan Allah sendiri.[36]
           
            Yesus sebagai Penyelamat sebagaimana dikatakan pada saat kelahiranNya di Betlehem. Maka Simeon juga dapat berkata, “Mataku telah melihat keselamatan” (Bdk. Lukas 2:30). Sebab “keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia. Dalam Kisah Para Rasul 2:21 langsung dihubungkan Yesus dalam kemulianNya: “barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Keselamatan ini mempunyai arti alkitabiah yaitu Syalom, dan mengandung kesejahteraan baik lahir maupun batin, baik di dunia maupun diakhirat. Didalam Yesus semua itu diwujudkan dan dinyatakan. Dan itulah maksud karangan Lukas yang menggambarkan dengan jelas dan plastis keselamtan sebagai mana berada dalam diri Yesus, dalam kebaikannya untuk orang miskin dan malang, untuk orang berdosa dan terbuang, untuk anak kecil dan gembala yang sederhana.[37]
            Warta Kristen tentang keselamatan dekat sekali hubungannya dengan pemikiran Perjanjian Lama. Penyelamat (Soter) menunjuk kepada tokoh-tokoh tertentu. Otniel dan Ehud, hakim Perjanjian Lama disebut demikian (Bdk. Hak3:9.15). Soteria berarti pembebasan dari situasi menyedihkan. Ketika Hana mendapatkan anak, maka ia bebas dari kemandulan. Ia bahagia akan keselamatan itu (Bdk. 1 Sam 2:1). Soteria juga berarti pertolongan dalam situasi berbahaya, pembebasan dan sekaligus kemenangan.[38]
            Dalam Perjanjian Baru dengan Jelas Yesus disebut sebagai dan diakui sebagai penyelamat, karena Ia membebaskan manusia dari dosa dan mendekatkan manusia dengan Allah.[39]Dalam kitab Injil, secara komprehensif menggambarkan Yesus sebagai penyelamat yang berdiri ditengah-tengah sengsara dunia, turun kedalam sengsara kita, sedalam-dalamnya. Seorang penyelamat yang mencari kita dimanapun kita berada. Seorang penyelamat yang menanggung segala apa yang dibutuhkan dan yang telah menggantikan dosa, kesukaran-kesukaran dan kematian dengan kebenaranNya, kesuciaanNya, kemuliaannya dan kehidupanNya. Sejak kelahiranNya sampai pada kematianNya, bayangan salib meliputi seluruh kehidupanNya. Riwayat hidupNya adalah riwayat hamba Tuhan yang menderita, yang telah memikul kesengsaraan.[40] Secara khusus, Dalam Injil Yohanes dikatakan juga bahwa Yesus adalah pembawa hidup. Hidup dalam hal ini adalah hidup secara Fisik (Bdk. 1:3.4) yaitu hidup seperti apa adanya ini. Ia merupakan sumber kehidupan bagi umat manusia.[41]


I. Yesus Sebagai Danau Sabuah
            Di atas telah dijelaskan mengenai Danau Sabuah, peran dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat Tuwung. Selanjutnya Penulis berupaya mensintesiskan kekristenan yang mengacu kepada Alkitab tentang siapa Yesus. Walaupun jawaban yang penulis paparkan pada tidak akan pernah mampu mewakili secara keseluruhan tentang pandangan Alkitab tentang fungsi atau peran Yesus dan juga tidak cukup untuk menjelaskan tentang siapa Yesus Kristus secara komprehensif, akan tetapi paling tidak kelompok bisa memberikan gambaran bahwa rupanya Yesus dalam kekristenan memiliki kesamaan dalam perannya dengan Danau Sabuah yang didalam masyarakat Dayak Ngaju. Berikut Penulis akan mencoba memaparkan kesamaan tersebut.

I.1 Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Penyelamat
            Dalam upaya berkristologi secara kontekstual atas peran dan fungsi danau sabuah dalam kehidupan masyarakat desa Tuwung, ternyata ada kesamaan dengan diri Yesus. Secara Fungsional, Danau sabuah memberikan keselamatan dalam hal sumber kehidupan dan makanan bagi masyarakat Tuwung. Yesus turun kedunia ini memberikan keselamatan kepada umat manusia bukan hanya sekedar keselamatan sorgawi tetapi juga keselamatan yang bersifat duniawi.[42]Istilah Photokos dalam Injil Lukas hendak menunjukan keselamatan yang bersifat duniawi tersebut.
Selain itu, danau sabuah juga merupakan sosok penyelamat bagi alam. Hal terlihat ketika danau masih terdapat kekayaan alam yang amat luar biasa. Keindahan alam kerapkali membuat orang luar berbondong-bondong datang ke desa Tuwung. Ekosistem pun masih seimbang. Yesus turun kedunia juga sebagai penyelamat bagi alam. Dalam Yohanes 3:16, dikatan bahwa “karena begitu besar kasih Allah akan Dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kata Dunia sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada manusia saja, tetapi juga bagi seluruh ciptaanNya yang ada dimuka bumi ini. Alam tidak seharusnya dirusak dan dihancurkan. Meskipun dalam kejadian 1:26 mengatakan Berkuasalah, akan tetapi tidak dikatakan bahwa harus merusak alam. Ayat inilah yang biasanya menjadi dalih bagi manusia untuk merusak alam.

I.2. Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Sumber Kehidupan
Dewasa ini, masyarakat desa Tuwung bergantung dengan Danau Sabuah. Selain memanfaatkan hasil tangkapan ikan dari danau, danau juga menyediakan tempat bagi masyarakat Tuwung untuk dapat membudiya ikan guna mencukupi kebutuhan hidup. Yesus juga merupakan sumber kehidupan (Bdk. Matius 7: 7-8; Yohanes 16: 24) dengan berdoa. Jadi, terlihat bahwa pemenuhan segala sesuatu hanyalah kepada Yesus karena hanya Dialah Sumber segala sesuatu yang kita butuhkan seperti halnya di kalangan masyarakat Tuwung, hanya dengan Danau Sabuah yang hadir sebagai sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat Tuwung.      

I.3. Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Pemersatu
            Nampak bahwa Danau Sabuah mampu menarik minat dan menjadi pemersatu. Sehingga sehingga masyarakat Tuwung bisa berhubungan dan berinteraksi langsung dengan orang luar. Dalam perkembangannya Danau Sabuah menjadi objek wisata. Pemilik objek wisata ini adalah orang yang berasal dari luar dan tinggal menetap di desa Tuwung. Mereka berhubungan baik dengan warga setempat bahkan menjadi penduduk desa Tuwung. Yesus semasa hidupnya di dunia juga sebagai pemersatu. Dalam kisah tentang perempuan Samaria (Luk. 9), ada makna khusus yang sebenarnya hendak disampaikan. Pada saat itu orang Yahudi tidak mau bergaul dengan suku lain termasuk suku Samaria. Bahkan mereka tidak mau melewati kampung orang samaria. Yesus adalah orang yahudi, akan tetapi Ia tidak menciptakan batasan sosial terhadap orang lain. Ia malah bergaul dan bersatu dengan mereka. Ia datang untuk mempersatukan tanpa pandang bulu, bukan untuk memecahkan. Kehadiran Yesus juga mempersatukan manusia dengan Allah. Karena Yesus datang kedunia untuk mendamaikan manusia dengan Allah sehingga dapat bersatu kembali.


J. Aktualisasi Bagi Upaya Bergereja Secara Kontekstual dalam Konteks Jemaat Tuwung
            Kata Gereja berasal dari kata Portugis Igreya. Cara pemakaiannya sekarang ini adalah terjemahan dari kata Yunani Kyriake, yang berarti menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan milik Tuhan adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruslamat. Jadi, yang dimaksud dengan Gereja adalah persekutuan para orang beriman.[43]
            Gereja adalah suatu komunitas yang didirikan oleh Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.[44] Dalam buku Tata Gereja Gereja Kalimantan Evangelis dikatakan bahwa  Gereja yang Universal merupakan perwujudan dari Gereja yang Kudus dan Am, yaitu Tubuh yang esa, yang kepalanya adalah Yesus Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus, Gereja mestinya bersekutu, bersaksi, dan melayani guna menyatakan kasih dan anugerah Allah yang menyelamatkan bagi dunia, baik dengan perkataan dan perbuatan sambil menantikan penggenapan datangnya Kerajaan Allah.[45] Menyelamatkan bagi dunia seharusnya tidak dipahami sebagai keselamatan jiwa (hidup kekal), tetapi juga menyelamatkan manusia secara jasmaniah sehingga mendapatkan kehidupan yang layak dan manusiawi.
            Dalam konteks masyarakat Tuwung, Gereja seharusnya hadir secara sadar dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul di tengah masyarakat. Gereja akan tetap menjadi gereja apabila menjadi berkat bagi dunia. Salah satu misi Yesus adalah membebaskan manusia dari kemiskinan dan ketiadaan (Bdk. Luk. 4:8). Artinya Gereja mestinya menyampaikan kabar baik kepada orang yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah (miskin) dalam mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar memperoleh hak yang sama dalam menikmati sumber-sumber ekonomi yang ada.[46] Sama halnya dengan Danau Sabuah yang hadir sebagai sumber kehidupan dan sebagai pembebas dari ketiadaan ekonomi di kalangan masyarakat Tuwung.

            Tugas gereja adalah untuk menyampaikan kabar baik. namun apa artinya kabar baik apabila hanya merupakan penghiburan yang seringkali di dengar. Menyampaikan kabar baik juga berarti mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang memperoleh hak yang sama dan menikmati sumber ekonomi sebagaimana mestinya. Dengan demikian menyampaikan kabar baik kepada orang-orang (kekurangan) berarti menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan merata dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada meskipun sebenarnya hal ini bukanlah tugas utama dari gereja itu sendiri. Gereja harus terlibat dalam tindakan yang memulihkan keutuhan manusia biarpun tidak sepenuhnya. Dalam hal pemulihan ekonomi gereja ikut serta dalam mengatasi dan memberdayakan suatu cara bagaiman hidup yang sejahtera. Prioritas harus diberikan  kepada yang lemah dan tak berdaya. Gereja harus dapat mendatangkan syalom yang berarti damai (Bdk. Luk. 19:42).[47]
            Pengertian Tubuh Kristus menunjuk pada sebutan untuk jemaat Yesus Kristus yang merupakan kesatuan. Dalam tubuh Kristus yang satu itu diam satu Roh (Ef 1:23; 4:4). Kristus adalah kepala tubuh-Nya (Kol 1:18). Sebagai tubuh Kristus, gereja juga adalah umat Allah. Gereja diharapkan untuk dipanggil menjadi saluran berkat bagi semua manusia, bahkan seluruh makhluk hidup.[48]
            Kenyataan bahwa jemaat hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbeda ras, suku, bahkan berbeda gereja, maka jemaat GKE yang berada di Tuwung bahkan didalam jemaat itu sendiri terdapat perbedaan dan kepelbagaian maka perlu dibangun dengan baik sehingga melahirkan sebuah komunitas yang harmonis dan membina kebersamaan berdasarkan. Maka peran dan fungsi Danau Sabuah yang digambarkan pada gambaran sebelumnya itu sendiri bisa dipraktekkan yaitu kebersamaan, persatuan, kasih dan persahabatan.


BAB III
PENUTUP
            Melihat pemaparan materi diatas penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya, Danau Sabuah tidak mampu sepenuhnya menyamai diri Yesus. Akan tetapi ada kesamaan antara Yesus dan Danau Sabuah. Yesus hadir ke dalam dunia ini secara universal. Karya penyelamatannya juga bersifat universal. Peran dan fungsi Danau Sabuah yang penulis yang penulis paparkan hanya sedikit mewakili dari keuniversalan tersebut. Tidak ada maksud dari penulis untuk membandingkan Yesus dengan danau sabuah. Hanya saja penulis melihat ada kesetaraan dari danau sabuah yang mewakili diri Yesus. Selain itu, penulis melihat sosok Danau Sabuah merupakan sosok yang dapat menjawab permasalahan dan memenuhi kebutuhan konkrit masyarakat Tuwung. Makalah ini berakhir dengan Aktualisasi Bagi Upaya Bergereja Secara Kontekstual. Dimana di dalamnya dimuat peran dan upaya gereja dalam kepelbagaian masalah yang ada dalam jemaat.
            Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah ini. Kiranya tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. terutama dalam hal Berkristologi. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam hal penulisan.








Daftar Pustaka
Buku
Comans Mikhail, Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 1987)
Hadiwijono Harun, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000)
Ismael Andar, dkk, Kepemimpinan dan Pembinaan Warga Gereja, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998)
Jacobs Tom, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1990)
Kirk J. Andrew, Apa Itu Misi: Suatu Penelusuran Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012)
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2004)
Larosa Arliyanus, Misi Sosial Gereja (Bandung: Kalam Hidup, 2001)
OFM C. Groenen, Soteriologi Alkitabiah (Yogyakarta: Kanisius, 1989)
Pr Darmawijaya, Gelar-Gelar Yesus (Yogyakarta: Kanisius, 1987)
Verkuyl .J, Aku Percaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000)
Yuanzhi Kong, Silang Budaya Tiongkok Indonesia (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 1999)
Tata Gereja, Gereja Kalimantan Evangelis (MS-GKE, 2010)
Angreini Trisna, Kajian Pemberdayaan Perempuan pada Usaha Tani Rotan Di Desa Tuwung Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau, Pdf, Palangka Raya: Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, 2007
Kamus
W. R. F Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013)
Gerald O’Collins & Edwards G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996)
Internet
http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/08/danau fungsi macam suksesi zonasi.html
Skripsi
Christianto Daniel, Yesus Sebagai Padi: Suatu Upaya Berkristologi bagi orang Kristen dalam Konteks Suku Dayak Meratus (Banjarmasin: STT GKE, 2015)
Putra Eklesia. Kaleka Lewu, Pengungkapan sejarah dan nilainya di masyarakat desa Penda Pilang dan Tumbang Manyangan (Banjarmasin: STT GKE 2015).
Wawancara
1. Uhing
            Bapak Uhing adalah mantan kepala desa Tuwung. Beliau adalah penduduk asli orang Tuwung. Ia tinggal di desa Tuwung RT II. Bapak Uhing adalah Bapak dari 7 orang anak. Istri beliau adalah seorang guru SD. Profesi dari bapak Uhing
2. Parit
            Bapak Parit adalah kepala desa Tuwung saat ini. Beliau adalah penduduk asli desa Tuwung. Ia tinggal didesa Tuwung RT I. Bapak Parit adalah Bapak dari 3 orang anak. Usia beliau 46 Tahun
3. Mariany
            Ibu Mariany adalah bibi dari penulis sendiri. Beliau adalah kakak dari ibu penulis. Beliau tinggal di desa Tuwung RT I. beliau adalah ibu dari 4 anak. Profesi beliau adalah seorang Guru SD.



[1] Mikhail Comans, Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 1987) 3.
[2] Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 1999) 3-4.
[3] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2004) 119-200.
                [4] Mambatang adalah suatu pekerjaan yang mengambil kayu hutan dengan cara di tebang, kemudian dijual demi mendapatkan uang.
                [5] Manetes adalah suatu pekerjaan yang mengambil Rotan dari hutan.
                [6] Berdasarkan Wawancara dengan Uhing; Tuwung, Kec. Kahayan Tengah, Kab. Pulang Pisau; 28 April 2015.
                [7] Sila dalam bahasa Indonesia berarti Seberang.
                [8] Secara umum Kaleka Lewu merupakan daerah peninggalan nenek moyang suku Dayak Zaman Dahulu kala yang biasanya ditandai dengan adanya bekas tiang-tiang rumah betang atau rumah panggung, pohon-pohon besar dan berumur tua seperti durian, langsat dan sebagainya. Lokasi tersebut umumnya dipelihara dan dilindungi oleh pihak keluarga secara turun temurun sebagai harta warisan yang peruntukkan dan pemanfaatannya untuk kepentinagan bersama masyarakat. Lihat di Skripsi, Eklesia Putra. Kaleka Lewu, Pengungkapan sejarah dan nilainya di masyarakat desa Penda Pilang dan Tumbang Manyangan. Banjarmasin: STT GKE, 2015.
                [9]Trisna Angreini, Kajian Pemberdayaan Perempuan pada Usaha Tani Rotan Di Desa Tuwung Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau, Pdf, Palangka Raya: Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, 2007.
                [10] Ibid.,
                [11]Berdasarkan Wawancara dengan Parit (Kepala desa Tuwung), Tuwung, Kec. Kahayan Tengah, Kab. Pulang Pisau; 28 April 2015.
                [12] Pamantat adalah Orang yang pekerjaannya menyadap karet.
             
                 Penulis Mengutip Percakapan Yang Dilakukan Sebelum Di Beri Tugas Oleh Dosen Pengampu Dogmatika 1.
                [16] http://sainsmini.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-penjelasan-danau.html. Di akses Pada Senin, 4 Mei 2015, pukul 12.31 Wita.
                [17] Ibid.,
                [18]http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/08/danau fungsi macam suksesi zonasi.html, Diakses pada Senin, 4 Mei 2015, pukul 14.26 Wita
                [19] Keramba adalah keramba adalah wadah budi daya ikan berupa kandang yang terbuat dari bambu atau papan kayu yang ditempatkan di badan sungai atau danau.
                [20] Baharak adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan jaring besar terbuat dari nilon yang dipasang mengelilingi rawa atau Aceng gondok. Kemudian penangkap ikan berenang dan mengusir menggunakan kayu di dalam lingkaran jaring tersebut agar ikan menabrak jaring yang telah dipasang Biasanya dilakukan 7-8 orang bahkan lebih.
                [21] Marempa adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan jaring besar terbuat dari tali yang dipasang mengelilingi sekitaran danau sesuai ukuran jaring. Kemudian ditarik dari tepian/pinggir. Biasanya dilakukan oleh banyak orang.
                [22] Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1990) 103.
                [23] Ibid.,106.
                [24] Ibid.,
                [25] Anak Daud, Anak Manusia, Kristus, Nabi dan lain-lain. Bdk. Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, 107.
                [26] Ibid., 93.
                [27] Ibid.,
                [28] Ibid.,99.
                [29] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) 322.     
                [30] Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, 120.
                [31] Kyrios dipakai sebanyak 42 kali dalam Injil (18 kali dalam bentuk Vokatif). Nama ini adalah nama kehormatan yang diberikan kepada Yesus sudah sejak masa kanak-kanak.
                [32] Ibid.,
                [33] Ibid.,150.
                [34] W. R. F Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013) 243.
                [35] C. Groenen OFM, Soteriologi Alkitabiah (Yogyakarta: Kanisius, 1989) 146.
               [36] Ripaldi, Yesus Sebagai Kakau Gatah: Suatu Upaya Berkristologi di Desa Rodok
 dalam Konteks Dayak Ma’anyan (Banjarmasin: STT GKE) 18.

                [37] Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, 126-127.
                [38] St. Darmawijaya Pr, Gelar-Gelar Yesus (Yogyakarta: Kanisius, 1987)134-136.
                [39] Ibid.,
                [40] J. Verkuyl, Aku Percaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) 125.
                [41] St. Darmawijaya Pr, Gelar-Gelar Yesus, 179.
                [42] Daniel Christianto, Yesus Sebagai Padi: Suatu Upaya Berkristologi bagi orang Kristen dalam Konteks Suku Dayak Meratus (Banjarmasin: STT GKE, 2015) 85.
                [43] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) 362.
[44]Gerald O’Collins & Edwards G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 86
                [45] Bdk. Tata Gereja, Gereja Kalimantan Evangelis (MS-GKE, 2010) 2.
                [46] Bdk. Arliyanus Larosa, Misi Sosial Gereja (Bandung: Kalam Hidup, 2001) 17.
                [47] J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi: Suatu Penelusuran Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 70.
[48] Andar Ismael, dkk, Kepemimpinan dan Pembinaan Warga Gereja, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998)  59. 

1 komentar:

  1. CasinoDaddy - DRM CD
    CasinoDaddy.org 문경 출장마사지 - Member Profile > Profile Page. User: CasinoDaddy.Org, 양산 출장마사지 Title: New Member, About: 밀양 출장샵 CasinoDaddy.org. Date: 2021-11-22. Last Updated: 안산 출장안마 December 2021. 대구광역 출장안마

    BalasHapus