Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus karena atas berkat dan karuniaNyalah
makalah yang penulis buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Dogmatika 1 ini dapat selesai. Dalam paparan isi makalah yang penulis
sajikan pada halaman selanjutnya. penulis mengupayakan menjelaskan
bagian-bagian yang menjadi dasar permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah penulis. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan dukungan dari berbagai pihak serta semangat untuk membuat tulisan
yang bermanfaat maka tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Inti dasar dari
permasalahan yang penulis paparkan dalam makalah ini yaitu mengenai Yesus sebagai Danau Sabuah . Berbagai sumber
bacaan yang dapat membantu, penulis gunakan sebagai pedoman penulis membuat
makalah ini, terutama buku dan sumber
internet. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Berkristologi merupakan sebuah upaya
untuk menjawab secara kontekstual pertanyaan yang umum dilontarkan yakni
“Siapakah Yesus”. Berangkat dari pertanyaan tersebut, Kristologi secara
sfesifik kegiatan berkristologi ini sendiri adalah upaya untuk menjelaskan
pertanyaan Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya didalam Injil Lukas 9 :20.a. “Menurut Kamu Siapakah Aku ini ?”. Itu
adalah upaya untuk mendapatkan jawaban tentang siapakah Yesus itu menurut diri
sendiri dalam memahami Dia. Tulisan ini adalah tentang “Yesus Sebagai Danau Sabuah” dalam
konteks Dayak Ngaju desa Tuwung, penulis
ingin berupaya menggambarkan bahwa sosok Yesus adalah memiliki kesamaan dengan
Danau Sabuah. Tulisan ini diharapkan bisa menjawab siapakah Yesus jika dilahat
dari sudut pandang Dayak Ngaju dalam wujud Danau Sabuah.
Dalam tulisan ini penulis melakukan
upaya bereklesiologi berangkat dari permasalahan yang ada dikalangan masyarakat
Dayak Ngaju desa Tuwung. Penulis tidak berangkat dari Kebudayaan (antropologis)
ataupun tokoh masyarakat Dayak. Danau Sabuah bagi masyarakat desa Tuwung sangat
penting. Hal ini Nampak dari ketergantungan masyarakat Tuwung terhadap danau
tersebut. Terlihat bahwa Danau Sabuah menjadi penyelamat dan sumber kehidupan
bagi masyarakat Tuwung. Di bawah ini penulis akan mencoba memaparkan isi
makalah ini dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Suku Dayak Ngaju
Berdasarkan
sejarahnya, suku dayak yang menghuni pulau Kalimantan merupakan keturunan dari
para imigran yang berasal dari daerah Yunnan Cina Selatan. Kelompok-kelompok
yang pertama masuk Kalimantan adalah kelompok Negrid dan Wedid yang sekarang
sudah tidak lagi ada. Kemudian disusul kelompok yang lebih besar yang disebut
dengan Proto-Melayu. Perpindahan mereka ini diperkirakan terjadi di antara
tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Kelompok-kelompok imigran ini memilih waktu dan
jalan yang berbeda. Ada kemungkinan suku-suku bangsa Dayak yang bermukim di
Kalimantan Tengah dan Selatan untuk beberapa waktu singgah di Sumatera dan
Jawa.[1]
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penyebaran gelombang kedua yang disebut
Deutero Melayu sekitar 200-300 Sebelum Masehi. Mereka ini berasal dari Tiongkok
Selatan. Selanjutnya dalam Proses Interaksi Sosial terjadi pembauran antara
Proto-Melayu dan Deutero-Melayu. [2]Kedua
Keturunan inilah yang menghuni Pulau Kalimantan, Termasuk Suku Dayak Ngaju
dewasa ini.
Tempat tinggal suku-bangsa Ngaju
adalah di sepanjang sungai besar Kalimantan Tengah, seperti Kapuas, Kahayan,
Rungan, Manuhing, Barito dan Katingan. Di daerah aliran sungai Kahayan
suku-bangsa Ngaju berdiam di sebelah hilir. Batas kediaman orang Ngaju di hulu
Kahayan hanya sampai di Tumbang Miri saja sebagai nya yang terakhir, sedangkan
di hilir terus turun sampai ke muara sungai Kahayan. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Ngaju dan telah lama menjadi Lingua
Franca orang dayak Kalimantan Tengah. Peranan bahasa Ngaju menjadi penting
di Kalimantan Tengah, berkat usaha para Zending Protestan dari Jerman yang
telah memilih bahasa itu dalam penyebaran agama Kristen dan dalam
menterjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa pribumi. [3]
B.
Sejarah Singkat Desa Tuwung
Dahulu
sekitar abad ke-18 M nama asal Desa Tuwung adalah Dukuh Bengkel yang di kepalai
oleh seorang Kepala Dukuh yang bernama Hamun. Kampung Dukuh Bengkel pada saat
itu terletak dipinggir sungai Kahayan. Saat itu, DukuhBengkel berada di bawah
Pemerintahan Kampung Sigi yang dikepalai oleh Jaga Takep. Selanjutnya warga
Dukuh Bengkel pindah ke Kampung Tuwung yang diprakarsai oleh Kandang Kasau sehingga menjadi kampong devinitif
sampai tahun 1979. Pada tahun 1980 Kampung Tuwung berubah status menjadi Desa
Tuwung.
Pada mulanya Tuwung terletak di
pinggir sungai Kahayan. Pada umumnya ini
di huni oleh orang Ngaju. Tidak ada informasi yang jelas siapa yang pertama
mendirikan desa ini. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa orang yang
pertama-tinggal di desa ini adalah orang yang berasal dari hilir yang bekerja
di hutan daerah tersebut. Para pekerja ini membawa keluarganya untuk menetap didaerah
tersebut dengan alasan pekerjaan. Dalam perkembangannya, Pada Tahun 80-an
jumlah kepala keluarga di desa ini sekitar 85 KK. Jalur transportasi yang
digunakan umumnya adalah jalur Sungai (Sungai Kahayan). Konon, apabila
menggunakan perahu membutuhkan waktu 1 satu penuh untuk bisa sampai ke kota Palangka
Raya. Sekolah yang tersedia hanyalah Sekolah Dasar, karena Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah ke Atas berada di ibu kota Kecamatan, yaitu
di Bukit Rawi. Karena keadaan yang tidak
memungkinkan, ada banyak anak-anak yang tidak mau melanjutkan sekolahnya dengan
alasan jarak yang jauh dan biaya yang mahal. Pekerjaan pada umumnya adalah mambatang[4]
dan manetes[5].
Kehidupan pada saat itu masih bergantung pada hasil hutan, seperti kayu dan
rotan. Hasil hutan ini kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam
memenuhi kebutuhan sandang, masyarakat harus membelinya dari para pedagang Banjar
yang berdagang menggunakan Kapal.[6]
Pada perkembangannya, sekitar tahun
1985 desa Tuwung mengalami perpindahan dari pinggir sungai Kahayan ke daerah
trans yang terletak di pinggiran jalur lintas Palangka Raya - Kuala Kurun.
Akibatnya Tuwung yang awalnya terletak
di pinggir sungai Kahayan menjadi kosong tanpa penduduk. Semua warga pindah ke
tempat yang baru. Tuwung yang lama
dewasa ini di sebut Tuwung Sila[7],
dan Masyarakat dayak Ngaju biasanya menyebutnya Kaleka Lewu[8].
Sampai saat ini masyarakat menetap di tempat yang baru. Adapun alasan
perpindahan tersebut adalah karena letak yang terlalu rendah dari permukaan
sungai, sehingga apabila air pasang desa menjadi banjir dan aktivitas
masyarakat tidak berjalan dengan baik.
C. Gambaran
Umum Masyarakat Tuwung
Tuwung merupakan yang paling dekat dengan Kotamadya Palangka Raya
dan Kecamatan Kahayan Tengah (Ibukota Bukit Rawi). Kecamatan Kahayan Tengah
Memiliki 14 desa yaitu : Desa Tanjung Sangalang, Desa Penda Barania, Desa Bukit
Rawi, Desa Tuwung, Desa Sigi, Desa Petuk Liti, Desa Bukit Liti, Desa Bahu
Palawa, Desa Pamarunan, Balukon, Desa Bukit Bamba, Desa Parahangan, dan Desa
Bereng Rambang. Kecamatan Kahayan Tengah
memiliki luas 1.638 km2 atau 2,50%, secara astronomis terletak pada posisi
02°08’56’ - 02°09’37’ Lintang Selatan dan 113°94’ - 114°65’ Bujur Timur.[9]
Secara administratif, Kecamatan
Kahayan Tengah ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan :DesaSigi/ Desa Bukit Guha
Sebelah Selatan berbatasan dengan :Desa Bukit Rawi
Sebelah Timur berbatasan dengan :HutanProduksi/KecamatanTimpah Kab.Kapuas
Sebelas Barat berbatasan dengan :HutanProduksi/ Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka
Raya
Kondisi fisik wilayah (fisiografi) Kecamatan
Kahayan Tengah, pada bagian utara dan timur sebagian besar berada di wilayah
daratan dengan tingkat ketinggian antara 0-50 m di atas permukaan laut dan
tingkat kemiringan antara 0-8%, sedangkan pada bagian barat dan selatan terdiri
atas daerah rawa. Curah hujan yang dimiliki kecamatan kahayan tengah dengan
rata-rata pada musim hujan sebesar 242 mm dan pada musim kemarau rata-rata 50
mm. Curah hujan rata-rata 2057 mm pertahun dengan suhu 25°C - 35°C. Hal ini
membuktikan bahwa bidang pertanian dengan subbidang kehutanan dan perkebunan
sangat baik untuk diperdayakan baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia.[10]
Desa Tuwung merupakan salah satu desa
yang termasuk dalam Kecamatan Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi
Kalimantan Tengah. Luas
wilayah Desa Tuwung yaitu 115 Km.
Desa Tuwung terdiri dari 2 Rukun
Tetangga (RT) yaitu RT 01 dan RT 02. RT 01 terdiri dari 58 KK dengan 227 jiwa,
sedangkan RT 02 terdiri dari 78 KK dengan
325 jiwa. Jadi, Desa Tuwung berpenduduk 136 KK dengan 552 jiwa. Penduduk
Laki-laki berjumlah 294 jiwa dan Penduduk Perempuan berjumlah 258 jiwa. Pemeluk Agama Kristen berjumlah 382
jiwa, Islam 73
jiwa, Hindu Kaharingan 98
jiwa. Dari data ini
terlihat bahwa mayoritas penduduk Desa Tuwung beragama Kristen.
Perdagangan
hampir 80% dikuasai oleh orang Banjar dan Jawa. Meskipun ada sebagian kecil
para pedagang berasal dari masyarakat setempat. Di desa ini, hanya sedikit
warganya yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri. Pegawai Negeri kebanyakan berprofesi sebagai
guru SD serta pekerja dikantor Balai desa. Dengan melihat keadaan masyarakat
Tuwung yang boleh dikatakan masih menyandarkan kehidupannya dengan cara
menyadap karet. Maka dapat dikatakan kemampuan ekonomi masih pas-pasan.
Bagi
para pendatang baru (suku Batak, Jawa, dan Banjar) yang datang, mereka tidak
menutup kemungkinan untuk bergabung dalam masyarakatnya, bahkan menjadi bagian
dalam anggota keluarga. Struktur sosial yang ada di Tuwung terdiri atas:
1. Penghulu adat
2. Kepala dan aparatnya
3. Lembaga Sosial Masyarakat.
Masyarakat
di desa ini sangat memegang teguh adat istiadat mereka, secara turun temurun
mereka tetap melaksanakannya, baik adat istiadat tentang kehidupan dan hukum
adat tentang kematian. Untuk itulah dalam masyarakat setempat membentuk
perhimpunan adat yang dikepalai oleh kepala adat. Adapun hukum adat yang
digunakan oleh masyarakat Tuwung merupakan hukum adat yang sudah ada dari nenek
moyang jaman dulu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ngaju.
Mata
pencaharian masyarakat di Tuwung beragam dari tahun ke tahun. Mata pencaharian
masyarakat tahun 1990an adalah berladang, karet (mantat), Rotan (netes),
Menangkap ikan, Dagang Sembako. Sejak Tahun 2000 dari empat bidang usaha yang
mendominasi adalah mata pencaharian bidang pertanian dan perkebunan. Hal ini
menunjukan bahwa usaha bidang pertanian dan perkebunan sudah menjadi pemenuhan
pendapatan bagi keluarga desa Tuwung.
Mata pencaharian ini terus berjalan sampai saat ini.
Pada
umumnya profesi masyarakat Tuwung adalah sebagai Pamantat[12].
Nampak bahwa dampak yang ditimbulkan dari perpindahan letak adalah terjadi perubahan mata pencaharian.
Masyarakat Tuwung tidak lagi bekerja sebagai Pambatang dan Penetes. Berdasarkan
Monografi Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kahayan Tengah, Tahun 2008,
jumlah warga Tuwung yang bekerja sebagai
Pamantat sebanyak 178 KK. Desa Tuwung merupakan yang secara merata dan
yang paling mendominasi adalah pekerjaan dalam bidang pertanian dan perkebunan
karet. Di desa ini terdapat 1 pasar, 8 toko/kios, dan 2 warung.
D. Masalah yang Sedang di Hadapi
Berikut penulis
akan memaparkan masalah yang umum dihadapi oleh masyarakat Tuwung dewasa ini,
diantaranya adalah:
a. Penurunan Harga Karet
Masyarakat
Tuwung pada umumnya adalah Pamantat.
Pendapatan dari hasil menyadap karet semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Dewasa ini masyarakat Tuwung banyak mengeluh dengan turunnya harga
karet. harga karet yang dulunya mencapai Rp. 18.000/Kg, kini hanya berkisar Rp.
6500/Kg. Akibatnya ada banyak warga yang memilih untuk tidak menyadap karet.
Hal ini merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh masyarakat Tuwung pada
saat ini. “ jia harapan ndai amun je
mantat wayah tuh nah, sampet lepah behas melai huma, malaok ih je puna pasti,
amun je maharap gajih nah di baka” (tidak ada harapan lagi kalau masih
menyadap sekarang ini, sempat habis beras di rumah, hanya
mencari ikan yang pasti, kalau hanya mengaharapkan gajih percuma).
Nampak bahwa terjadi keputusasaan karena penurunan harga karet. kebun karet
banyak yang tidak lagi di urus. Salah satu akibatnya adalah lumpuhnya
perekonomian. Dewasa ini, perekonomian masyarakat desa Tuwung dapat dikatakan
pas-pasan
b. Kebakaran Hutan
Sejak
tahun 2010-2015 terdapat setidaknya 5 lahan masyarakat Tuwung terbakar.
Kebakaran terjadi diduga akibat kelalaian warga dalam menjaga lahannya. Umumnya
masyarakat Dayak apabila hendak bercocok tanam/berladang harus membakar
lahannya terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar tanah yang menjadi tempat
penanaman menjadi subur serta lahan tersebut menjadi bersih dari kayu-kayu yang
menghalangi proses penanaman. Akan tetapi pembakaran tersebut oleh masyarakat
Tuwung tidak di jaga dengan baik agar tidak menjalar ke lahan yang lain.
Akibatnya banyak lahan warga yang lain ikut terbakar bersama dengan tanaman
yang sudah di tanami sebelumnya, tanpa terkecuali pohon karet. Dampak lain yang
begitu menyedihkan adalah masyarakat tidak lagi dapat menyadap karet seperti
biasanya karena terbakar habis.
c. Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya
Pendidikan
Pendidikan
adalah salah satu jalan agar seseorang mendapat status sosial yang lebih baik. Umumnya
orang berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anaknya. Namun tidak demikian
yang terjadi di desa Tuwung. Kesadaran akan pentingnya pendidikan sangat lemah.
Mereka lebih baik memilih untuk bekerja bahkan kawin muda. Pendidikan di anggap
hanya untuk menghabiskan uang yang ada. Ketika penulis bertanya dengan salah
satu pemuda, jawabannya adalah “narai
guna sakula sakira palepah duit ih, are uluh je S1 sama ih ampi ah, Jatun kare
bagawi hang kantor kia. Nenga beban akan uluh bakas ih, kueh jadi susah, nambah
susah hindai” ( apa gunanya sekolah yang sekiranya menghabiskan uang saja,
banyak orang yang S1 nampaknya sama saja, tidak ada yang bekerja di kantor. Memberikan
beban kepada orang tua saja, sudak miskin, tambah miskin). Selain
itu, salah satu penyebabnya adalah kemiskinan yang merajalela. Orang tua
kebanyakan tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, terkhususnya di perguruan
tinggi.
E.
Gambaran Danau Secara Umum
Danau merupakan
salah satu contoh dari perairan tergenang yang memiliki aliran yang sangat
kecil atau bisa di sebut tidak memiliki arus. Sebagian besar danau terbentu
akibat bencana alam pada zaman-zaman es atau masa-masa aktivitas tektonik atau
vulkanik yang sangat intensif dan hanya terjadi pada tempat tertentu saja di
daratan, maka penyebarannya tidak merata, walaupun terdapat danau buatan yang
sengaja di buat oleh manusia untuk kepentingan tertentu.
Danau adalah cekungan yang merupakan
genangan air yang sangat luas di daratan. Danau dapat dipandang sebagai tempat
penampungan (reservoir) air tawar di darat pada ketinggian tertentu di atas
permukaan laut yang bersumber dari mata air, air hujan, sungai, dan gletser. [16]
Berikut
penulis akan paparkan Klasifikasi Danau dan manfaat pada umumnya:
a.
Danau Alami
1. Danau Tektonik
Danau
tektonik adalah danau yang terjadi karena adanya tenaga tektonik yang
menyebabkan bentuk permukaan bumi lebih rendah daripada daerah di sekitarnya.
Air yang masuk ke tempat itu tergenang dan terjadilah danau. Contoh danau
tektonik antara lain Danau Tempe, Towuti, Poso, Tondano (Pulau Sulawesi), Laut
Tawar, Maninjau, dan Singkarak (Pulau Sumatra).
2. Danau Vulkanik
Danau
Vulkanik adalah danau yang terjadi karena adanya aktivitas gunung api. Daerah
bekas letusan gunung, terbentuk cekungan yang kemudian terisi oleh material
vulkanik yang tidak tembus air sehingga air hujan yang jatuh di cekungan itu
tertampung dan terbentuklah danau vulkanik. Contoh danau vulkanik antara lain
Danau Kalimutu (Flores), Segara Anakan (Rinjani), Sarangan, Kawah Ijen, dan
Kerinci. Apabila telah terbentuk danau, kemudian vulkan aktif kembali dan
aktivitas vulkan ini bersamaan dengan peristiwa tektonik, danau yang terbentuk
disebut danau vulkano tektonik. Contoh danau vulkano tektonik adalah Danau Toba
di Sumatra Utara.
3. Danau Karst
Danau
karst adalah danau yang terjadi di daerah karst. Danau ini terjadi karena
adanya lapisan yang tidak tembus air menutup dasar dan pipa karst, sehingga air
hujan yang jatuh di tempat itu tidak dapat meresap dan terbentuklah danau. Biasanya
danau ini kecil dan bersifat temporer. Contohnya danau karst di Pegunungan
Sewu, Yogyakarta.
4. Danau Gletser
Danau
gletser adalah danau yang terjadi karena adanya pencairan es. Danau gletser
biasanya terdapat di kaki gunung atau pegunungan bersalju, misalnya di
pegunungan Jawa Wijaya (Papua) dan Pegunungan Alpen (Swiss).
5. Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Danau
tapal kuda adalah danau yang terbentuk karena meander yang terputus. Danau ini
bentuknya seperti tapal kuda atau melengkung.
b.
Danau Buatan
Danau
buatan juga disebut dengan waduk. Danau bendungan atau waduk adalah adalah
danau yang terjadi karena adanya aliran air yang tertimbun baik secara alami
maupun buatan manusia. Bendungan yang dibuat oleh manusia sering disebut waduk
atau danau buatan. Contoh danau buatan antara lain Jatiluhur, Karangkates,
Riamkanan, dan Gajah Mungkur.[17]
c. Manfaat
Danau
Bagi Makhluk hidup,
danau merupakan salah satu sumber mata air dan keberadaannya sangatlah penting
untuk menunjang kehidupan. Baik organisme di dalam danau itu sendiri, maupun
kehidupan disekitarnya. Fungsi danau secara umum adalah sebagai sumber air
tawar, sumber pembangkit tenaga listrik, pengairan atau irigasi, pencegah
banjir, sarana rekreasi dan olahraga dan juga sebagai bendungan.[18]
F. Peran Dan Fungsi Danau Sabuah Bagi
Masyarakat Tuwung
Bagi
masyarakat Tuwung, Danau Sabuah memberikan kehidupan. Hal ini nampak dari
kehidupan masyarakat Tuwung yang tidak bisa lepas dari profesi mereka sebagai
nelayan. Bagi masyarakat Tuwung Danau Sabuah memberikan kehidupan secara
jasmaniah, dengan tetap menangkap ikan masyarakat Tuwung tidak perlu
mengeluarkan uang untuk membeli ikan/lauk. Sehingga kehidupan mereka terjamin
tanpa harus takut makan tanpa lauk. Dari hasil tangkapan ikan masyarakat Tuwung
setidaknya mendapat makanan. Kandunan gizi yang terdapat pada ikan cukup untuk
membuat masyarakat Tuwung menjadi sehat dan tetap hidup.
Akibat dari penurunan harga karet
dan kebakaran hutan yang terjadi di desa Tuwung, masyarakat tidak lagi
sepenuhnya berprofesi sebagai Pamantat.
Awalnya masyarakat Tuwung banyak yang tidak memiliki pekerjaan akibat
permasalahan yang sudah dijelaskan di atas. Kini masyarakat Tuwung memilih
untuk bekerja sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Danau Sabuah telah
memberikan tempat akan hal tersebut. Masyarakat Tuwung memilih membuat keramba
ikan. Ada banyak keramba-keramba[19]
ikan yang ada di Danau Sabuah, baik keramba bambu maupun keramba kayu. Ikan
yang di pelihara sangat bervariasi, contohnya ikan Patin, Nila, Gabus dan
lain-lain. Hasil yang diperoleh dari usaha di Danau ini dapat mencukupi
kebutuhan ekonomi.
Danau Sabuah dapat dikatakan sebagai
tempat Pelestarian Alam. Hal ini terlihat ketika pemerintah Desa Tuwung
melarang untuk melakukan penangkapan ikan dengan cara menyetrum dan meracuni
ikan yang ada di danau. Alasan utama pemerintah desa mengeluarkan larangan
tersebut adalah supaya ikan yang ada di Danau Sabuah tetap terjaga
kelestariannya. Ikan-ikan dan apa yang
tersedia di Danau ini tidak dapat digunakan/diambil secara sembarangan, apalagi
oleh pihak luar. Akan ada sangsi bagi yang melanggar aturan tersebut. Hutan
yang ada di pinggiran Danau Sabuah tidak dapat di tebang sembarangan apalagi
dibakar, karena dianggap merusak lingkungan dan keindahan Danau Sabuah.
Fungsi estetika yang terdapat di
Danau Sabuah juga sangat tinggi. Sehingga tidak jarang orang-orang luar, tanpa
terkecuali para Turis datang untuk melihat keindahan yang terdapat di danau
ini. Masyarakat biasanya di minta untuk mengantar mereka untuk mengelilingi
Danau ini. Kegiatan yang biasanya dilakukan adalah berenang, berfoto,
memancing, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang masyarakat setempat menangkap
ikan bersama-sama. Biasanya dengan cara Baharak[20]
dan Marempa[21].
Nampak bahwa Danau Sabuah mampu menarik minat dan menjadi pemersatu. Sehingga sehingga
masyarakat Tuwung bisa berhubungan dan berinteraksi langsung dengan orang luar.
Dalam perkembangannya Danau Sabuah
menjadi objek wisata. Pemilik objek wisata ini adalah orang yang berasal dari
luar dan tinggal menetap di desa Tuwung. Mereka berhubungan baik dengan warga
setempat bahkan menjadi penduduk desa Tuwung.
Danau Sabuah pahami sebagai pembuka
jalan kehidupan oleh masyarakat desa Tuwung. Tanpa danau ini, mereka tidak tau
lagi bagaimana harus melanjutkan hidup. Seluruh kehidupannya mereka gantungkan
kepada danau ini. Salah seorang warga pernah mengatakan kepada penulis demikian
“Dia katawan ampi ndai ih amun jatun
danau je tuh, usaha beken jatun ndai. Ganan karet je jatun rega tuh nah je puna
ngampehe. Untung ih je tege danau jituh” (tidak lagi harus apa kalau tidak
ada danau ini, usaha yang lain tidak ada. Oleh harga getah yang tidak ada
harganya lagi membuat sakit. Untung saja ada danau ini). Hal ini menggambarkan
bahwa Danau Sabuah hadir sebagai penyelamat. Akibat kepelbagaian masalah yang
dihadapi.
G. Yesus dalam Kitab Injil Sinoptik
G.1. Yesus Kristus Dalam Injil
Matius
Apabila
kita memperhatikan Struktur Injil Matius secara seksama, maka Nampak bahwa
Injil Matius mempunyai dua fokus Teologis. Pada bagian narrative perhatian
berpusat pada Kristus, sedangkan dalam Khotbah ternyata Gereja/umat yang
menjadi pusat perhatian. Akan tetapi justru struktur yang berusaha
mempersatukan kotbah dengan Yesus memperlihatkan kedua tema tidak boleh
dipertentangkan. Para ahli berpendapat bahwa Matius 28: 18-20 menghubungkan
kedua tema tersebut sekaligus menjadi kunci Injil Matius.[22]
Dalam Injil Matius, Petrus pernah
mengeluarkan Pengakuan yang berbunyi “Engkau
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Pengakuan Petrus ini menjadi titik
berangkat rumusan kristologi Yesus sebagai Anak Allah.[23] Nama
Anak Allah memiliki arti yang khusus dalam Injil Matius. Pemakaian nama Anak
Allah Matius gunakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda (Bdk. Mat. 3:17, 4:
6, 17: 5, 8: 29, 26: 63, 2: 15, 14: 33, 16:16, 27: 54). Bagi Matius nama Anak
Allah bukan hanya gelar kehormatan, tetapi sungguh-sungguh mengungkapkan
kesatuan dan kesamaan Yesus dengan Allah.[24]
Sebenarnya ada banyak nama[25]
yang di pakai dalam menunjuk Yesus dalam Injil Matius, tetapi yang paling
mencolok adalah nama Anak Allah.
G.2. Yesus Kristus Dalam Injil
Markus
Injil
Markus Secara singkat memberikan inti pokok Kristologinya. Kristus, Anak
Manusia, dan Anak Allah terungkap seluruh Kristologi Markus. Titik pangkalnya
adalah pengakuan Petrus. Akan tetapi gelar Mesias atau Kristus rupanya mulai
hilang arti yang sepenuhnya ketika Markus mengarang Injilnya. Maka dengan
pertolongan nama Anak Manusia dan Anak Allah markus berusaha member arti penuh
lagi kepada nama Kristus.[26]
Dalam Injilnya Nampak Markus sangat
menekankan penderitaan Kristus. Setelah itu Markus juga menonjolkan kedudukan
Kristus sebagai hakim pada akhir zaman. Bagi Markus Kristus adalah penebus yang
menderita, wafat dan bangkit. Akan tetapi Yesus adalah juga Anak Manusia, yang
artinya dia yang datang pada akhir zaman sebagai hakim.[27]
Di dunia ini Yesus sudah disebut sebagai Anak Manusia, Karena pada akhir zaman
Ia akan tampil ke muka sebagai Anak Manusia. Kemulian yang dimiliki pada akhir
zaman, sekarang sudah ada padaNya, karena Yesus sudah berkembang kearah
kemuliaan itu. Sumber “Q” (orang yang mencatat perkataan indah Yesus
menghubungkan Anak Manusia dengan kerajaan Allah. “Q” memberi penekanan bahwa
manusia harus siap sedia untuk hari kedatangan Anak Manusia.[28]
G.3. Yesus Kristus Dalam Injil
Lukas
Dalam
Injil Lukas Juruslamat juga disebut dengan Kristus, yang artinya di urapi atau
yang ditahbiskan. Nama ini menunjukkan kepada jabatan yang di pangku oleh Sang
Juruslamat.[29]
Kekhususan pandangan Lukas terhadap Yesus kelihatan
juga dalam pemakaian nama yang “umum” seperti Kristus, Anak Manusia, dan Anak
Allah. Nama Kristus tidak begitu kerap digunakan. Dan biasanya di pakai sebagai
nama diri, khususnya dalam Kis. Tetapi dalam Lukas dikatakan, “Kristus, yaitu
Raja.[30]
Dalam pernyataanNya Yesus menerangkan kepada Emaus bahwa
Kristus Harus menderita. Nampak bahwa Lukas sudah mengetahui arti kata Kristus.
Rupanya bagi Lukas nama “yang di urapi” mempunyai arti yang baru, yaitu Allah
mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Mungkin itupun arti pengakuan
Petrus “Kristus dari Allah”, dengan kata lain Kristus adalah orang yang dipilih
Allah. Lukas sendiri mengakui bahwa “Tuhan Mengutus Yesus”, yang dari semula di
untukkan bagi orang Israel sebagai Kristus. Sebenarnya Lukas juga lebih senang
memakai nama Kyrios[31],
yang lebih cocok dengan umat Yunani.[32]
G.4. Yesus Kristus Dalam Injil Yohanes
Ada banyak nama Yesus yang dipakai oleh Yohanes, akan
tetapi hal yang paling mencolok dari Injil Yohanes adalah ketika dalam
permulaan Injil menyebut Yesus sebagai “Logos” atau “Firman”. Kata ini hanya 4
kali disebutkan dalam Injil Yohanes, tetapi justru karena nama ini dipakai
jelaslah bahwa bagi Yohanes nama ini mengandung arti yang amat penting. Akan
tetapi arti yang penting itu sulit ditemukan. Kata ini tidak didapati dalam
karangan Injil yang lain.[33]
Yesus disebut Firman Allah adalah perkembangan penting dalam Kristologi. Ini
adalah suatu pernyataan tegas bahwa firman yang adalah pengantara Allah dalam
penciptaan itu adalah sama dengan manusia Yesus dari Nazaret (Yoh. 1:46).[34]
H. Pandangan Alkitab Mengenai Yesus
Menurut kesaksian seluruh kita suci Allahlah
yang menjadi pelaku pertama dan utama penyelamatan penyelamatan menusia
berdosa. Akan tetapi khususnya Perjanjian Baru member kedudukan kunci kepada
Yesus Kristus dalam penyelamatan dari Allah dalam sejarah. Dalam 1 Korintus
1:30 telah merumuskan peranan Yesus Kristus dalam penyelamatan sebagai berikut:
“oleh Dia kamu berada dalam Kristus yang oleh Allah telah menjadi hikmat,
pembenaran dan pengudusan.[35]
Yesus adalah juruslamat dunia. Hanya dialah
Mesias yang dijanjikan. Ia bukan salah satu tokoh dalam mitologi. Ia sungguh
berwujud dalam sejarah.
Sejak masa Perjanjian
Lama, dikatakan bahwa orang-orang Yahudi menanti-nantikan kedatangan seorang
Mesias, yang akan menyelamatkan mereka. Ketika Yesus muncul dalam Perjanjian
Baru, mereka mengharapkan Yesus datang untuk menyelamatkan mereka dari
penindasan kekuasaan Romawi. Yesus memang datang ke dunia untuk menyelamatkan
umat manusia yang amat dikasihi-Nya, namun bukan hanya seperti yang diharapkan
oleh orang Yahudi yaitu sekedar menyelamatkan dan membebaskan secara manusiawi
dari penjajahan bangsa asing, tetapi lebih dari itu semua, Yesus datang untuk
menyelamatkan kita dari belenggu dosa, dari ikatan-ikatan kuasa kegelapan dan
kuasa maut. Yesus datang untuk membawakan suatu kehidupan baru yang mengarah
kepada kehidupan kekal itu, yaitu kehidupan persatuan dengan Allah sendiri.[36]
Yesus sebagai Penyelamat sebagaimana dikatakan pada saat
kelahiranNya di Betlehem. Maka Simeon juga dapat berkata, “Mataku telah melihat
keselamatan” (Bdk. Lukas 2:30). Sebab “keselamatan tidak ada di dalam siapapun
juga selain di dalam Dia. Dalam Kisah Para Rasul 2:21 langsung dihubungkan
Yesus dalam kemulianNya: “barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan
diselamatkan. Keselamatan ini mempunyai arti alkitabiah yaitu Syalom, dan
mengandung kesejahteraan baik lahir maupun batin, baik di dunia maupun
diakhirat. Didalam Yesus semua itu diwujudkan dan dinyatakan. Dan itulah maksud
karangan Lukas yang menggambarkan dengan jelas dan plastis keselamtan sebagai
mana berada dalam diri Yesus, dalam kebaikannya untuk orang miskin dan malang,
untuk orang berdosa dan terbuang, untuk anak kecil dan gembala yang sederhana.[37]
Warta Kristen tentang keselamatan dekat sekali
hubungannya dengan pemikiran Perjanjian Lama. Penyelamat (Soter) menunjuk
kepada tokoh-tokoh tertentu. Otniel dan Ehud, hakim Perjanjian Lama disebut
demikian (Bdk. Hak3:9.15). Soteria berarti pembebasan dari situasi menyedihkan.
Ketika Hana mendapatkan anak, maka ia bebas dari kemandulan. Ia bahagia akan
keselamatan itu (Bdk. 1 Sam 2:1). Soteria juga berarti pertolongan dalam
situasi berbahaya, pembebasan dan sekaligus kemenangan.[38]
Dalam Perjanjian Baru dengan Jelas Yesus disebut sebagai
dan diakui sebagai penyelamat, karena Ia membebaskan manusia dari dosa dan
mendekatkan manusia dengan Allah.[39]Dalam
kitab Injil, secara komprehensif menggambarkan Yesus sebagai penyelamat yang
berdiri ditengah-tengah sengsara dunia, turun kedalam sengsara kita,
sedalam-dalamnya. Seorang penyelamat yang mencari kita dimanapun kita berada.
Seorang penyelamat yang menanggung segala apa yang dibutuhkan dan yang telah
menggantikan dosa, kesukaran-kesukaran dan kematian dengan kebenaranNya,
kesuciaanNya, kemuliaannya dan kehidupanNya. Sejak kelahiranNya sampai pada
kematianNya, bayangan salib meliputi seluruh kehidupanNya. Riwayat hidupNya
adalah riwayat hamba Tuhan yang menderita, yang telah memikul kesengsaraan.[40]
Secara khusus, Dalam Injil Yohanes dikatakan juga bahwa Yesus adalah pembawa
hidup. Hidup dalam hal ini adalah hidup secara Fisik (Bdk. 1:3.4) yaitu hidup
seperti apa adanya ini. Ia merupakan sumber kehidupan bagi umat manusia.[41]
I. Yesus Sebagai Danau Sabuah
Di
atas telah dijelaskan mengenai Danau Sabuah, peran dan fungsinya dalam kehidupan
masyarakat Tuwung. Selanjutnya Penulis berupaya mensintesiskan kekristenan yang
mengacu kepada Alkitab tentang siapa Yesus. Walaupun jawaban yang penulis
paparkan pada tidak akan pernah mampu mewakili secara keseluruhan tentang
pandangan Alkitab tentang fungsi atau peran Yesus dan juga tidak cukup untuk
menjelaskan tentang siapa Yesus Kristus secara komprehensif, akan tetapi paling
tidak kelompok bisa memberikan gambaran bahwa rupanya Yesus dalam kekristenan
memiliki kesamaan dalam perannya dengan Danau Sabuah yang didalam masyarakat
Dayak Ngaju. Berikut Penulis akan mencoba memaparkan kesamaan tersebut.
I.1 Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Penyelamat
Dalam upaya berkristologi secara kontekstual atas peran
dan fungsi danau sabuah dalam kehidupan masyarakat desa Tuwung, ternyata ada
kesamaan dengan diri Yesus. Secara Fungsional, Danau sabuah memberikan
keselamatan dalam hal sumber kehidupan dan makanan bagi masyarakat Tuwung.
Yesus turun kedunia ini memberikan keselamatan kepada umat manusia bukan hanya
sekedar keselamatan sorgawi tetapi juga keselamatan yang bersifat duniawi.[42]Istilah
Photokos dalam Injil Lukas hendak
menunjukan keselamatan yang bersifat duniawi tersebut.
Selain itu, danau
sabuah juga merupakan sosok penyelamat bagi alam. Hal terlihat ketika danau masih terdapat kekayaan
alam yang amat luar biasa. Keindahan alam kerapkali membuat orang luar
berbondong-bondong datang ke desa Tuwung. Ekosistem pun masih seimbang. Yesus
turun kedunia juga sebagai penyelamat bagi alam. Dalam Yohanes 3:16, dikatan
bahwa “karena begitu besar kasih Allah akan Dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kata Dunia sebenarnya tidak
hanya ditujukan kepada manusia saja, tetapi juga bagi seluruh ciptaanNya yang
ada dimuka bumi ini. Alam tidak seharusnya dirusak dan dihancurkan. Meskipun
dalam kejadian 1:26 mengatakan Berkuasalah, akan tetapi tidak dikatakan bahwa harus
merusak alam. Ayat inilah yang biasanya menjadi dalih bagi manusia untuk
merusak alam.
I.2. Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Sumber
Kehidupan
Dewasa ini, masyarakat
desa Tuwung bergantung dengan Danau Sabuah. Selain memanfaatkan hasil tangkapan
ikan dari danau, danau juga menyediakan tempat bagi masyarakat Tuwung untuk
dapat membudiya ikan guna mencukupi kebutuhan hidup. Yesus juga merupakan sumber
kehidupan (Bdk. Matius 7: 7-8; Yohanes
16: 24) dengan berdoa. Jadi, terlihat bahwa pemenuhan segala sesuatu hanyalah
kepada Yesus karena hanya Dialah Sumber segala sesuatu yang kita butuhkan
seperti halnya di kalangan masyarakat Tuwung, hanya dengan Danau Sabuah yang
hadir sebagai sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat Tuwung.
I.3. Sebagai Danau Sabuah, Yesus adalah Pemersatu
Nampak bahwa Danau Sabuah mampu menarik minat dan
menjadi pemersatu. Sehingga sehingga masyarakat Tuwung bisa berhubungan dan berinteraksi
langsung dengan orang luar. Dalam perkembangannya Danau Sabuah menjadi objek wisata. Pemilik objek wisata ini adalah
orang yang berasal dari luar dan tinggal menetap di desa Tuwung. Mereka
berhubungan baik dengan warga setempat bahkan menjadi penduduk desa Tuwung. Yesus
semasa hidupnya di dunia juga sebagai pemersatu. Dalam kisah tentang perempuan
Samaria (Luk. 9), ada makna khusus yang sebenarnya hendak disampaikan. Pada
saat itu orang Yahudi tidak mau bergaul dengan suku lain termasuk suku Samaria.
Bahkan mereka tidak mau melewati kampung orang samaria. Yesus adalah orang
yahudi, akan tetapi Ia tidak menciptakan batasan sosial terhadap orang lain. Ia
malah bergaul dan bersatu dengan mereka. Ia datang untuk mempersatukan tanpa
pandang bulu, bukan untuk memecahkan. Kehadiran Yesus juga mempersatukan
manusia dengan Allah. Karena Yesus datang kedunia untuk mendamaikan manusia
dengan Allah sehingga dapat bersatu kembali.
J. Aktualisasi Bagi Upaya Bergereja Secara Kontekstual dalam Konteks Jemaat
Tuwung
Kata Gereja berasal dari kata Portugis Igreya. Cara pemakaiannya sekarang ini
adalah terjemahan dari kata Yunani
Kyriake, yang berarti menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan
milik Tuhan adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruslamat.
Jadi, yang dimaksud dengan Gereja adalah persekutuan para orang beriman.[43]
Gereja
adalah suatu komunitas yang didirikan oleh
Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah
untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.[44] Dalam buku Tata
Gereja Gereja Kalimantan Evangelis dikatakan bahwa Gereja yang Universal merupakan perwujudan
dari Gereja yang Kudus dan Am, yaitu Tubuh yang esa, yang kepalanya adalah
Yesus Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus, Gereja mestinya bersekutu,
bersaksi, dan melayani guna menyatakan kasih dan anugerah Allah yang menyelamatkan bagi dunia, baik dengan
perkataan dan perbuatan sambil menantikan penggenapan datangnya Kerajaan Allah.[45]
Menyelamatkan bagi dunia seharusnya tidak dipahami sebagai keselamatan jiwa
(hidup kekal), tetapi juga menyelamatkan manusia secara jasmaniah sehingga
mendapatkan kehidupan yang layak dan manusiawi.
Dalam
konteks masyarakat Tuwung, Gereja seharusnya hadir secara sadar dalam mengatasi
masalah-masalah yang muncul di tengah masyarakat. Gereja akan tetap menjadi
gereja apabila menjadi berkat bagi dunia. Salah satu misi Yesus adalah
membebaskan manusia dari kemiskinan dan ketiadaan (Bdk. Luk. 4:8). Artinya
Gereja mestinya menyampaikan kabar baik kepada orang yang memiliki tingkat
ekonomi yang rendah (miskin) dalam mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar
memperoleh hak yang sama dalam menikmati sumber-sumber ekonomi yang ada.[46]
Sama halnya dengan Danau Sabuah yang hadir sebagai sumber kehidupan dan sebagai
pembebas dari ketiadaan ekonomi di kalangan masyarakat Tuwung.
Tugas
gereja adalah untuk menyampaikan kabar baik. namun apa artinya kabar baik
apabila hanya merupakan penghiburan yang seringkali di dengar. Menyampaikan
kabar baik juga berarti mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang
memperoleh hak yang sama dan menikmati sumber ekonomi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian menyampaikan kabar baik kepada orang-orang (kekurangan) berarti
menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan merata dengan memanfaatkan
potensi ekonomi yang ada meskipun sebenarnya hal ini bukanlah tugas utama dari
gereja itu sendiri. Gereja harus terlibat dalam tindakan yang memulihkan
keutuhan manusia biarpun tidak sepenuhnya. Dalam hal pemulihan ekonomi gereja
ikut serta dalam mengatasi dan memberdayakan suatu cara bagaiman hidup yang
sejahtera. Prioritas harus diberikan
kepada yang lemah dan tak berdaya. Gereja harus dapat mendatangkan
syalom yang berarti damai (Bdk. Luk. 19:42).[47]
Pengertian
Tubuh Kristus menunjuk pada sebutan untuk jemaat Yesus Kristus yang merupakan
kesatuan. Dalam tubuh Kristus yang satu itu diam satu Roh (Ef
1:23; 4:4). Kristus adalah kepala tubuh-Nya
(Kol
1:18). Sebagai tubuh Kristus, gereja juga
adalah umat Allah. Gereja diharapkan untuk dipanggil menjadi saluran berkat
bagi semua manusia, bahkan seluruh makhluk hidup.[48]
Kenyataan
bahwa jemaat hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbeda ras, suku, bahkan berbeda gereja,
maka jemaat GKE yang berada di Tuwung
bahkan didalam jemaat itu sendiri terdapat perbedaan dan kepelbagaian maka
perlu dibangun dengan baik sehingga melahirkan sebuah komunitas yang harmonis
dan membina kebersamaan berdasarkan. Maka peran
dan fungsi Danau Sabuah yang digambarkan pada gambaran
sebelumnya itu sendiri bisa dipraktekkan yaitu kebersamaan, persatuan, kasih
dan persahabatan.
BAB III
PENUTUP
Melihat pemaparan materi diatas
penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya, Danau Sabuah tidak mampu sepenuhnya
menyamai diri Yesus. Akan tetapi ada kesamaan antara Yesus dan Danau Sabuah.
Yesus hadir ke dalam dunia ini secara universal. Karya penyelamatannya juga
bersifat universal. Peran dan fungsi Danau Sabuah yang penulis yang penulis
paparkan hanya sedikit mewakili dari keuniversalan tersebut. Tidak ada maksud
dari penulis untuk membandingkan Yesus dengan danau sabuah. Hanya saja penulis
melihat ada kesetaraan dari danau sabuah yang mewakili diri Yesus. Selain itu,
penulis melihat sosok Danau Sabuah merupakan sosok yang dapat menjawab
permasalahan dan memenuhi kebutuhan konkrit masyarakat Tuwung. Makalah ini
berakhir dengan Aktualisasi Bagi Upaya Bergereja Secara Kontekstual. Dimana di
dalamnya dimuat peran dan upaya gereja dalam kepelbagaian masalah yang ada
dalam jemaat.
Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah
ini. Kiranya tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. terutama dalam hal
Berkristologi. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam
hal penulisan.
Daftar Pustaka
Buku
Comans Mikhail, Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan
(Jakarta: Gramedia, 1987)
Hadiwijono Harun, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000)
Ismael
Andar, dkk, Kepemimpinan dan Pembinaan
Warga Gereja, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998)
Jacobs Tom, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisius, 1990)
Kirk J. Andrew, Apa Itu Misi: Suatu Penelusuran Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012)
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 2004)
Larosa Arliyanus, Misi Sosial Gereja (Bandung: Kalam
Hidup, 2001)
OFM C. Groenen, Soteriologi Alkitabiah (Yogyakarta:
Kanisius, 1989)
Pr Darmawijaya, Gelar-Gelar Yesus (Yogyakarta: Kanisius,
1987)
Verkuyl .J, Aku Percaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000)
Yuanzhi Kong, Silang Budaya Tiongkok Indonesia (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer, 1999)
Tata
Gereja, Gereja Kalimantan Evangelis (MS-GKE, 2010)
Angreini
Trisna, Kajian Pemberdayaan Perempuan
pada Usaha Tani Rotan Di Desa Tuwung Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang
Pisau, Pdf, Palangka Raya:
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, 2007
Kamus
W. R. F Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2013)
Gerald O’Collins & Edwards G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius,
1996)
Internet
http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/08/danau
fungsi macam suksesi zonasi.html
Skripsi
Christianto Daniel, Yesus Sebagai Padi: Suatu Upaya
Berkristologi bagi orang Kristen dalam Konteks Suku Dayak Meratus
(Banjarmasin: STT GKE, 2015)
Putra Eklesia. Kaleka Lewu, Pengungkapan sejarah dan
nilainya di masyarakat desa Penda Pilang dan Tumbang Manyangan (Banjarmasin:
STT GKE 2015).
Wawancara
1.
Uhing
Bapak Uhing adalah mantan kepala
desa Tuwung. Beliau adalah penduduk asli orang Tuwung. Ia tinggal di desa
Tuwung RT II. Bapak Uhing adalah Bapak dari 7 orang anak. Istri beliau adalah
seorang guru SD. Profesi dari bapak Uhing
2.
Parit
Bapak Parit adalah kepala desa
Tuwung saat ini. Beliau adalah penduduk asli desa Tuwung. Ia tinggal didesa
Tuwung RT I. Bapak Parit adalah Bapak dari 3 orang anak. Usia beliau 46 Tahun
3.
Mariany
Ibu Mariany adalah bibi dari penulis
sendiri. Beliau adalah kakak dari ibu penulis. Beliau tinggal di desa Tuwung RT
I. beliau adalah ibu dari 4 anak. Profesi beliau adalah seorang Guru SD.
[1] Mikhail Comans, Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan
(Jakarta: Gramedia, 1987) 3.
[2] Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer, 1999) 3-4.
[3] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 2004) 119-200.
[8] Secara
umum Kaleka Lewu merupakan daerah peninggalan nenek moyang suku Dayak Zaman
Dahulu kala yang biasanya ditandai dengan adanya bekas tiang-tiang rumah betang
atau rumah panggung, pohon-pohon besar dan berumur tua seperti durian, langsat
dan sebagainya. Lokasi tersebut umumnya dipelihara dan dilindungi oleh pihak
keluarga secara turun temurun sebagai harta warisan yang peruntukkan dan
pemanfaatannya untuk kepentinagan bersama masyarakat. Lihat di Skripsi, Eklesia
Putra. Kaleka Lewu, Pengungkapan sejarah
dan nilainya di masyarakat desa Penda Pilang dan Tumbang Manyangan.
Banjarmasin: STT GKE, 2015.
[16] http://sainsmini.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-penjelasan-danau.html.
Di akses Pada Senin, 4 Mei 2015, pukul 12.31 Wita.
[18]http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/08/danau
fungsi macam suksesi zonasi.html, Diakses pada Senin, 4
Mei 2015, pukul 14.26 Wita
[19]
Keramba adalah keramba adalah wadah budi daya ikan berupa kandang
yang terbuat dari bambu atau papan kayu yang
ditempatkan di badan sungai atau danau.
[20]
Baharak adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan jaring besar terbuat dari
nilon yang dipasang mengelilingi rawa atau Aceng gondok. Kemudian penangkap
ikan berenang dan mengusir menggunakan kayu di dalam lingkaran jaring tersebut
agar ikan menabrak jaring yang telah dipasang Biasanya dilakukan 7-8 orang
bahkan lebih.
dalam Konteks
Dayak Ma’anyan
(Banjarmasin: STT GKE) 18.
[44]Gerald
O’Collins & Edwards G. Farrugia, Kamus
Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 86
[48] Andar Ismael, dkk, Kepemimpinan dan Pembinaan Warga Gereja,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998)
59.
CasinoDaddy - DRM CD
BalasHapusCasinoDaddy.org 문경 출장마사지 - Member Profile > Profile Page. User: CasinoDaddy.Org, 양산 출장마사지 Title: New Member, About: 밀양 출장샵 CasinoDaddy.org. Date: 2021-11-22. Last Updated: 안산 출장안마 December 2021. 대구광역 출장안마