I.
Identitas Konseli
Nama :
Bapak Hr (K1) dan Istri (K2)
Asal Tempat : Desa Tuyun
Suku :
Dayak Ngaju
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Swasta (Penambang Emas)
II.
Situasi
Pada
hari Selasa tanggal 29 April 2015, sekitar Pukul. 15.30, Bapak Hr sudah berada
di rumah Sakit Suaka Insan bersama istri (K2) dan adik iparnya .Sebenarnya
bapak Hr merupakan pasien yang berasal satu kampong dengan ayah saya. Akan
tetapi, bapak Hr sebelumnya tidak mengenali saya karena saya tidak sering
kekampung ayah saya. ketika mendengar kabar dari ibu saya dikampung bahwa bapak
Hr masuk rumah sakit, saya langsung mengadakan kunjungan pastoral mengingat
bapak Hr adalah satu kampong dengan saya.
Sore itu cuaca sangat cerah dan sangat bersahabat. Petugas di sana
menyambut saya dengan hangat dan melayani dengan baik..
.Meskipun bapak Hr sedang terbaring sakit, tetapi
senyum yang ia dan Istrinya coba lemparkan menandakan bahwa kehadiran saya.
Senyum yang bapak Hr berikan juga merupakan sinyal positif sebagai semangat
untuk melawan penyakit yang tengah dialaminya. Konseli yang saya kunjungi
berasal dari Tuyun, pasien bukan merupakan pasien rujukan, tetapi berobat oleh
karena kemauan sendiri. Bapak Hr sudah 4 hari ini diopname di RS, setelah
sebelumnya di Doris Silvanus Palangkaraya sebanyak 3 kali dan kini di RS Suaka
Insan dan Konseli ini dirawat inap di ruang Clemen.
Berdasarkan apa yang saya amati,
konseli adalah orang yang ramah, kemudian konseli juga termasuk orang yang
terbuka terhadap masalahnya, keterbukaan demikian membuat perbincangan terasa
nyaman, santai dan nyambung. Pembicaraan yang dilakukan sebenarnya menggunakan
bahasa Dayak Ngaju. Sebenarnya ibu dan bapak saya panggil mina dan mama, tetapi
dalam verbatim saya tetap menggunakan ibu dan bapak. Ibu dan bapak memanggil
saya Aken.
III. Memulai Proses Konseling
Setelah
itu memperkenalkan diri, bahwa saya adalah anak dari bapak Atk dan melanjutkan
study di STT-GKE Banjarmasin. Saya menjelaskan bahwa saya mendengar kabar
tentang bapak Hr yang masuk Rumah sakit.
IV. Proses Verbatim
Ko
berjalan ke kamar konseli dengan langkah yang pasti dan mantap, tiba di kamar
bapak Hr, Ko terlebih dahulu mengetok pintu…tok…tok…tok…., Ko mengetok.
Ko : “permisi bu…boleh saya
masuk?”
Ki1 : “ (Ki tampaknya sedang berpikir, siapa yang datang ini?) o…ya..tentu saja. silahkan masuk..” (Ki menyambut saya dengan senyum yang
bersahabat).
Ko : “maaf mengganggu istirahat
bapak dan ibu, saya juga berasal dari Tuyun ,anak bapak Atk, saya ada mendengar
kabar dari ibu saya tentang bapak yang masuk rumah sakit di sini. Makanya saya
langsung ke sini. Saya kuliah di STT-GKE bu, ingin melakukan kunjungan doa
untuk ibu dan bapak. (Ko melangkah dan
mengulurkan tangan bersalaman dengan Ibu yang sedang menjaga suaminya yang sedang
terbaring sakit)
Ki2 :
oh ya kah, cucu dari tante mama Rk kan( nenek saya)?, weeeiiss, berarti calon
pendeta?
Ko :
iya bu, benar itu nenek saya,mmmmm kata orang sih begitu bu,
Ki2 :
oh, iya-iya, kamu sudah semester berapa? (ibu
Nampak tersenyum)
Ko :
semester 4 bu,
Ki2 :
dua tahun sudah lah,,
Ko :
iya bu, dua tahun lagi, masih panjang (Ko
sambil separuh tertawa)
Ki2 :
tidak apa-apa, tidak terasa juga nantinya.
Ko :
aduh, maaf mengganggu bu ya?
Ki2 :“oh….ya
tidak apa-apa, malahan kami senang dikunjungi olehmu. ” (Ki membalas senyum Ko dan mengulurkan tangan bersalaman).
Ko :
(melangkah menuju tempat tidur bapak Hr
yang sedang berbaring sakit dan mengulurkankan tangan memegang tangan bapak Hr)
dan berucap “bagaimana keadaan bapak setelah dirawat disini?”
Ki2 :
(bapak berusaha tersenyum)
“beginilah, belum ada perkembangan yang pesat tapi sudah lebih mendingan
daripada ketika awal masuk kemaren…”.
Ko :
“oh…(angguk-angguk..) terus,
bagaimana perkembangan kesehatan bapak, emm mungkin nafsu makan begitu Pak?”
Ki2 :
“Bapak ini makannya sedikit, karena penyakit gula dan paru-paru, jadi makanan
yg dimakan harus dipilih.” ( dengan mimik
yang terlihat menahan rasa sakit).
Ki1 :
“sebenarnya Bapak lama sudah sakit, dirawat di rumah, di Palangkaraya, dan baru
kesini. Penyakitnya selalu kambuh. Efeknya juga badan bapak sering lemah, maka
kami membawa bapak ke rumah sakit ini biar sakitnya tidak bertambah parah
lagi.”
Ko :
( Ko berfikir dan bergumam dalam hati,
banyak juga ya orang yang sakitnya disebabkan oleh kadar gula,) “oh…gitu ya
bu…maaf bu, kalau boleh tahu berapa lama bapak diopename?”
Ki1 :
“sudah 4 hari de..dengan hari ini…” (bapak
melirik ke arah ibu, seolah-olah tidak yakin dengan jawabannya).
Ki2 :
“iya de…bapak sudah 4 hari dengan hari ini diopname di sini, dan kondisi bapak
sudah mulai baikan…Ibu sering berdoa kepada Tuhan untuk bapak, sebab ibu yakin
Tuhan selalu ada dan melihat keadaan kita yang minta tolong.”
Ko :
(mendengar pernyataan Ibu itu Ko sempat
tertegun betapa hati seorang ibu ini sangat mengasihi suaminya, lepas dari itu
semua, ia memiliki keyakinan yang kuat dan ko koh bahwa Tuhan berkuasa atas
hidup manusia, dan mampu melakukan sesuatu yang mustahil bagi manusia)
“Baiklah ibu..bapak…mari kita bersama-sama berdoa untuk bapak…kesembuhan dan
kekuatan Bapak untuk menjalani masa perawatan beliau, Ibu ada permohonan yang
mau disampaikan dalam doa kita”.
Ki1+Ki2 :
(Ko melihat ibu, mendekati suaminya dan
memegang tangannya untuk berdoa bersama). Ki1 berkata “Doakan juga
anak-anak dan keluarga kami yang di Tuyun, yang bekerja untuk menopang biaya
perawatan Bapak, dan untuk Bapak supaya cepat sembuh aja dek.”
Ko :
“Mari kita bersama-sama berdoa” ……..Amin.
Ki1 : (selesai
berdoa K1 membuka matanya, dan Ko melihat air mata mengalir keluar dari kelopak
matanya…mata ibu dan bapak itu meneteskan air mata…) “kami mengucapkan
terimakasih banyak, atas perkunjungan dan sudah berdoa buat bapak dan kami
semua”.
Ki2 :
“iya . .bapak merasa senang dan merasa lega sekarang, karena kamu sudah datang
dan berdoa buat bapak dan ibu di sini…khususnya kepada bapak yang sedang
sakit..”
Ko :
“sama-sama ibu – bapak” (Ko melihat bahwa
ibu itu sangat perhatian sekali terhadap kondisi bapak, hal itu terlihat ketika
air mata mengalir dari kelopak mata si bapak, ibu cepat-cepat mengambil tisue
dan mengelapnya walaupun air mata ibu itu sendiri belum disekanya).
“Baiklah
ibu – bapak…saya permisi dulu, bapak cepat sembuh ya…karena jam 17.00 ini, saya
ada latihan dikampus.
K2 : iya de, hati-hati,,
Ko :obatnya jangan lupa di minum ya pak, dan Ibu
tetap semangat ya damping Bapak biar Bapak lekas sembuh”.
K1 : “iya de…terimakasih banyak atas
kunjungannya…” (Ko melihat ibu dan bapak
begitu senang dengan kedatangan saya, hal ini terlihat dari gaya mereka
berbicara yang akrab dan santai, hal itu juga terjadi karena mereka cukup
terbuka dengan terhadap apa yang mereka rasakan).
Ko :
“Mari ibu – bapak, saya permisi dulu ya…”(kemudian
bersama Ki melangkah keluar dan membuka pintu dengan tersenyum, senyuman sukacita
karena sudah dikunjungi).
V.
Penutup
Dalam
percakapan di atas, menurut Konselor merupakan sebuah percakapan pastoral.
Percakapan tersebut diakhiri oleh Konselor. Mengakhiri sebuah percakapan
bedasarkan kebutuhan, situasi dan kondisi, serta waktu. Sebab pasien
membutuhkan waktu banyak untuk beristirahat dalam rangka perawatannya. Konselor
juga melihat bahwa Konseli sudah merasa nyaman, tenang dengan
perkunjungan/percakapan yang diselingi dengan doa pada akhir-akhir percakapan.
Dengan demikian Konseli merasa dihibur, dikuatkan serta dimotivasi supaya tetap
kuat, semangat dan optimis menghadapi hidup ini di dalam Tuhan. Sikap konselor
sangat menentukan mood dari Konseli untuk menceritakan bagaimana perasaan yang
dialaminya. Ini yang Ko rasakan pada perkunjungan tersebut.
VI. Analisa Kasus
Pendeskripsian Gambar 1:
a. Makanan harus dipilih-pilih
Orang yang
sakit tidak dapat mengkonsumsi makanan seperti biasanya (dalam keadaan sehat).
Dalam keadaan sakit makanan sangat berpengaruh pada proses pemulihan dari sakit
yang dialami. Makanan bagi orang sakit ditentukan sesuai dengan penyakit. Pada
penyakit gula dan paru-paru, makanan yang dikonsumsi tidak boleh yang berlemak,
telalu manis, pedas, dan keras. Salah mengkonsumsi makanan akan berakibat fatal
si sakit. Biasanya makanan yang dikonsumsi oleh orang yang menderita penyakit
gula berupa bubur dan sayur-sayuran yang dimasak tanpa dicampuri dengan minyak,
lombok dan lain-lain.
b.
Sulit disembuhkan
Orang yang
menderita sakit gula dan paru-paru biasanya sangat sulit untuk disembuhkan.
Butuh perawatan medis yang baik agar tidak bertambah parah dan kemungkinan
dapat disembuhkan. Penyebab penyakit gula biasanya dari makanan yang masuk
kedalam tubuh yang mengandung pemanis atau gula buatan. Biasanya sulit untuk
disembuhkan. Paru-paru adalah organ vital dalam tubuh manusia. Paru-paru
merupakan organ pernapasan yang
berhubungan dengan sistem peredaran darah. Jika paru-paru itu rusak maka sistem
pernapasan juga akan rusak. Hal ini menyebabkan kepelbagaian penyakit
pernapasan, seperti asma, TBC, dan lain-lain. Penyakit ini juga sulit untuk
disembuhkan.
c.
Kurus
Kurus
berarti tidak berdaging dan tidak gemuk. Bobot badan yang tidak ideal. Ada
berbagai macam penyebab seseorang menjadi kurus. Dalam kasus ini kurus yang
dialami oleh konseli diakibatkan karena penyakit paru-paru yang di alaminya.
d.
Lemah
Lemah
berarti tidak berdaya dan tidak mimiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Tidak bertenaga dan tidak kuat. Dalam kasus ini lemah dikarenakan dalam keadaan
sakit.
e.
Takut
Rasa takut
adalah sebuah ekspektasi atau anstisipasi dari bahaya yang mungkin muncul. Takut
adalah suatu perasaan emosional tentang sesuatu yang belum tentu terjadi di
masa depan. Rasa takut timbul karena adanya dugaan atau prasangka dibuat-buat sendiri
di dalam pikirannya. Rasa takut biasanya merupakan suatu perasaan yang tidak
logis karena dirinya sendiri tidak mampu atau merasa tidak sanggup menghadapi
kemungkinan buruk yang akan diterimanya.
f.
Gelisah
Kegelisahan
merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan
yang sebabnya bermacam macam. Kegelisahan berarti tidak tentram hatinya, selalu
merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar dan cemas. Kehadirannya
berasal dari perasaan takut yang muncul tanpa suatu penyebab yang jelas
(konflik yg tdk disadari, rasa bersalah tanpa alasan, kemarahan yg ditekan,
rasa tdk aman, kegagalan, dsb).
g.
Pucat
Orang pucat
biasanya kulit berwarna putih pudar. Perubahan warna kuning menjadi putih
akibat hilangnya pigmen. Pucat yang dialamai oleh konseli dikarenakan penyakit
gula yang dideritanya. Dapat dilihat dari bibirnya dan matanya.
h.
Ekonomi melemah
Dampak dari
sakit yang di derita oleh konseli membuat ia tidak dapat melakukan apa-apa.
Pekerjaan yang dikerjakannya sewaktu ia sehat tidak lagi dapat dikerjakannya.
Akibatnya penghasilan dapat dikatakan tidak ada. Hanya mengharapkan bantuan
dari keluarga dan lain-lain. Ekonomi menjadi lemah. Sedangkan untuk membayar
pengobatan diperlukan biaya yang cukup mahal.
i. Sosial kurang baik
Kita harus
mengakui bahwa manusia merupakan mahluk sosial karena manusia tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan
manusia yang lain bahkan untuk urusan sekecil apapun kita tetap membutuhkan
orang lain untuk membantu kita. Sosial yang baik adalah ketika seseorang
dalam keadaan sehat sehingga tercipta hubungan yang baik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok. Begitu juga sebaliknya.
Pendeskripsian
gambar 2:
a.
Harus Ekstra Keras
dalam Merawat (istri)
Sang istri, melihat suaminya yang sedang
sakit tidak akan mungkin membiarkannya begitu saja, kecuali ada hal tertentu
yang membuatnya demikian. Dalam kasus ini, dengan keadaan suaminya yang
terbaring lemah, sang istri menjaga dan merawat suami semampu mungkin. Istri
rela meninggalkan anak-anak, keluarga dan kampung halaman demi suami. Banyak
tenaga yang diperlukan.
b.
Kurang tidur(istri)
Ketika istri menemani suaminya yang berada
dirumah sakit, dari matanya kelihatan bahwa ia kurang tidur. Karena setiap hari
istri harus menjaga dan merawat suami. Kurang tidur dapat membuat seseorang
jatuh sakit.
c.
Beban biaya (keluarga)
Selama masa pengobatan ada dua rumah sakit
yang menjadi tempat pengobatan konseli. Jelas bahwa biaya yang dikeluarkanpun
tidaklah sedikit. Tidak mungkin konseli dapat membiayai pengobatan itu dengan
keadaan ekonomi yang tidak terlalu baik. apalagi melihat pekerjaan konseli yang
hanya seorang penambang emas. Ada dukungan dari keluarga yang ikut serta dalam
membantu biaya pengobatan konseli.
d.
Beban pikiran
Keadaan yang demikian, secara otomatis
menjadi beban pikiran oleh orang-orang terdekat.
e.
Kurang perhatian
Keadaan yang demikian juga mengakibatkan
anak kurang diperhatikan. Padahal anak butuh bimbangan dari kedua orang tuanya.
Dengan perhatian yang kurang, anak bisa saja terjerumus kedalam hal-hal yang
tidak diinginkan. Kurangnya perhatian juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang
si anak.
f.
Sekolah terganggu
Sekolah sangat menentukan masa depan
seorang anak. Apabila sekolah anak terganggu maka masa depan seorang anakpun
akan terganggu. Anak membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya dalam menjalani
sekolahnya.
V.
Analisis Pendekatan Holistik dan Verbatim
- Aspek Fisik
Dalam
analisis ini, penulis mencoba melihat bagaimana kondisi fisik yang di alami
oleh Konseli. Manusia yang sakit pada umumnya memiliki kondisi fisik yang
kurang baik. Hal inilah yang dialami oleh Konseli.Ia hanya dapat terbaring
lemah dan tidak dapat melakukan apa-apa. Badan konseli kelihatannya kurus dan
pucat. Hal ini akibat dari sakit gula dan paru-paru “(Bapak ini makannya sedikit, karena penyakit gula dan paru-paru, jadi
makanan yg dimakan harus dipilih.” ( dengan mimik yang terlihat menahan rasa
sakit))” yang dialaminya“(sebenarnya
Bapak lama sudah sakit, dirawat di rumah, di Palangkaraya, dan baru kesini.
Penyakitnya selalu kambuh. Efeknya juga badan bapak sering lemah, maka kami
membawa bapak ke rumah sakit ini biar sakitnya tidak bertambah parah lagi)”
Dalam keadaan seperti ini jelas bahwa
Konseli sangat memerlukan pelayanan medis yang baik dari pihak rumah sakit demi
pemulihan kesehatan Konseli “(sebenarnya
Bapak lama sudah sakit, dirawat di rumah, di Palangkaraya, dan baru kesini)”.
Memang dapat kita lihat
bahwa sakit yang dialami oleh Konseli tak kunjung sembuh “(Penyakitnya selalu kambuh. Efeknya juga badan bapak sering lemah, maka
kami membawa bapak ke rumah sakit ini biar sakitnya tidak bertambah parah lagi)”,
tetapi juga Nampak bahwa Konseli memiliki keinginan besar untuk sembuh dari
penyakit yang dideritanya(Bapak supaya
cepat sembuh aja dek). Hal ini menggambarkan bahwa niat Konseli untuk
sembuh menjadi kekuatan tersendiri baginya untuk bangkit dari penyakit
tersebut. Orang sakit biasanya membutuhkan istirahat yang cukup supaya proses
pemulihannya berjalan baik. Inilah yang menjadi pertimbangan Konselor untuk
tidak berlama-lama melakukan pelayanan pastoral, dengan alasan ada kegiatan
lain yang harus di laksanakan (Baiklah
ibu – bapak…saya permisi dulu, bapak cepat sembuh ya…karena jam 17.00 ini, saya
ada latihan dikampus).
- Aspek
Mental
Aspek Mental
menggambarkan kebutuhan psikologi manusia yang berupa perhatian, kasih sayang,
harkat-martabat, rasa aman, damai, perasaan emosional dan lain-lain. Orang yang
sedang sakit membutuhkan hal-hal tersebut. Begitu juga dengan keadaan yang
dialami oleh Konseli. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh
orang-orang disekitarnya membuat Konseli merasa aman dan damai dan hal itu
diharapkan dan dibutuhkan secara penuh oleh Konseli (Ko melihat bahwa ibu itu sangat perhatian sekali terhadap kondisi
bapak, hal itu terlihat ketika air mata mengalir dari kelopak mata si bapak,
ibu cepat-cepat mengambil tisue dan mengelapnya walaupun air mata ibu itu
sendiri belum disekanya). Konselor berusaha untuk menunjukkan perhatian dan
kasih sayang itu dengan tidak menambah beban dari konseli, sehingga dengan
kehadiran konselor konseli merasa diringankan dari masalah yang sedang
dihadapi, secara khusus aspek mental (aduh,
maaf mengganggu bu ya?). Rasa simpati dan empati seketika muncul ketika
konselor melihat keadaan dari konseli (Ko
berfikir dan bergumam dalam hati, banyak juga ya orang yang sakitnya disebabkan
oleh kadar gula).
- Aspek
Sosial
Relasi itu penting guna membina
hubungan baik dengan Tuhan dan sesama. Relasi muncul karena adanya komunikasi
antara pihak yang satu dengan yang lain. Berdasarkan analisis yang penulis
lakukan, konseli memiliki keterbukaan dengan masalah sedang dihadapi ini
menunjukkan bahwa konseli mau menjalin relasi dan percaya dengan konselor (bapak berusaha tersenyum)-( Ki
menyambut saya dengan senyum yang bersahabat) Senyum di awal
pertemuan menandakkan bahwa konselor diterima dengan baik oleh konseli, begitu
juga dengan sang istri (ibu Nampak
tersenyum). Hal itu memudahkan konselor untuk menjalin relasi yang baik
dengan konseli. Kondisi yang pahit tidak menjadi batu sandungan bagi konselor
untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
- Aspek
Spiritual
Rasa sakit yang diderita oleh
Konseli, tidak membuat dirinya untuk melupakan Tuhan. Hal ini nampak ketika
konseli dan sang istri meminta untuk mendoakannya. Sebenarnya sebelumnya juga
nampak bahwa istri sering mendoakan suaminya untuk kesembuhannya (Ibu sering berdoa kepada Tuhan untuk bapak,
sebab ibu yakin Tuhan selalu ada dan melihat keadaan kita yang minta tolong).
Hal ini berarti hubungan keluarga ini dengan Tuhan bisa dikatakan dekat.
Disini, konselor juga mengupayakan memberikan Doa kepada konseli dan keluarga
demi kesembuhan dan penguatan kepada keluarga (Baiklah ibu..bapak…mari kita bersama-sama berdoa untuk bapak…kesembuhan
dan kekuatan Bapak untuk menjalani masa perawatan beliau, Ibu ada permohonan
yang mau disampaikan dalam doa kita). Di tengah penderitaanya konseli dan
istri selalu melibatkan Tuhan, terkhususnya dengan cara berdoa. Meskipun secara
fisik konselor sedang jatuh, tetapi ia tidak meninggalkan Tuhan begitu saja.
Dalam hal ini sang istri sangat mendukung spiritual suaminya, ia berdoa dan
selalu memohon kesembuhan kepada Tuhan dan sang istri yakin bahwa Tuhan akan
menolong orang yang meminta pertolongan kepadaNya (iya
de…bapak sudah 4 hari dengan hari ini diopname di sini, dan kondisi bapak sudah
mulai baikan…Ibu sering berdoa kepada Tuhan untuk bapak, sebab ibu yakin Tuhan
selalu ada dan melihat keadaan kita yang minta tolong).
VI. Evaluasi
Kekuatan
Ø Sikap
ramah konseli dan terbuka membuat perbincangan menjadi semakin santai, dan
relasi pun dibangun dengan baik dan manis. Sikap percaya terbangun antara Ko
dan Ki.
Ø Waktu
yang cukup sehingga tidak tergesa-gesa.
Ø Konseli
terbuka terhadap masalahnya. Memaparkan harapan-harapan yang ada dalam hatinya
kepada Ko.
Ø Relasi
yang baik antara Ko dan Ki membuat percakapanpun menjadi terfokus pada kemelut
yang dialami oleh Ki, Ki menjadi terbuka mengungkapkannya, dan Ko menjadi
pendengar yang baik. Sesekali melontarkan pertanyaan singkat untuk membuka dan
mengeluarkan uneg-uneg yang ada di dalam hati Ki, tetapi tetap bukan sifatnya
memaksa. Semua yang Ki ungkapkan adalah berdasarkan kemauannya sendiri, bukan
paksaan dari Ko.
Kelemahan
Ø Ketika
suasana percakapan konseling dengan Bapak, Ibu seringkali keluar masuk kamar
mandi, sehingga sedikit mengalihkan perhatian si bapak. Namun semua bisa di
atasi oleh Ko dengan bertanya sesuatu kepada bapak sehingga ia fokus pada
jawaban.
Ø Ko
saat itu sedikit terbawa suasana, karena melihat salah satu teman Ko menitikkan
air mata. Karena itu Ko sebenarnya cepat-cepat menutup percakapan dengan
mengajak berdoa.
Dalam
percakapan yang Ko lakukan dan Ki, tidak ada suatu ungkapan apapun yang
mengarah kepada perjanjian. Semua yang diperbincangkan mengalir apa adanya, Ko
hanya mengakhiri perbincangan dengan Ki dengan berpamitan dengan alasan ada
kegiatan. Ki2 adalah orang yang tampak sangat sabar, sehingga sulit bagi Ko
untuk menggali seberapa dalam rasa yang dirasakan oleh Bapak itu dalam
mengalami sakitnya. Tetapi itu merupakan kelemahan yang ada pada Ko mungkin
karena masih pemula dalam hal konseling Pastoral.
Dari
pertemuan dengan konseli di atas, menurut saya ada dimensi pastoral dalam
pertemuan itu. Dimensi itu antara lain adanya kehadiran, penerimaan, doa, dan
juga rasa iba. Kehadiran itu terlihat ketika ada pertemuan dengan konseli yang
tidak hanya bertemu secara fisik tetapi juga ada menyentuh sisi psikis. Ada
sisi teologis, karena melibatkan Allah, yakni nampak dalam doa. Ada juga rasa
iba yang saya rasakan ketika melihat dan mencoba untuk memahami keadaan
konseli. Mungkin ini adalah perasaan empati. Secara psikologis, pertemuan itu
juga bisa memberikan dukungan moril/semangat kepada konseli. saya mengatakannya
demikian, karena kehadiran seseorang bagi orang lain dalam suatu situasi yang
berat akan memberikan suatu kekuatan tersendiri.
VI. Refleksi Teologis
Apa
arti hidup? Andar Ismail mendefinisikannya dengan beberapa ungkapan yang saya
pikir sangat menarik sebagai bahan refleksi. Berikut ini adalah beberapa kata
tentang hidup yang Andar Ismail ungkapkan :
Hidup
adalah tantangan – hadapilah
Hidup
adalah tugas – tekunilah
Hidup
adalah misteri – takjubilah
Hidup
adalah impian – wujudkanlah
Hidup
adalah janji – penuhilah.
Hidup
adalah pemberian – hargailah
Hidup
adalah cinta – terimalah dan berilah
Hidup
adalah perjuangan – tuntaskanlah
Hidup
adalah dambaan – raihlah
Sengaja saya
masukan arti hidup menurut Andar Ismail di atas sebagai suatu wahana untuk
mencari makna kehidupan ini dan untuk lebih memahami bahwa hidup ini ternyata
adalah sebuah perjuangan yang harus diaperjuangkan. Artinya apa? Sebagai
manusia yang diciptakan Tuhan segambar dengan diri-Nya (bdk.Kejadian 1:26),
hidup ini harus dijaga, dipelihara dan ditempatkan sebagai sesuatu yang
berharga dan sebagai ciptaan yang mahaluarbiasa oleh Tuhan. Sebab penjagaan
terhadap tubuh dan hidup kita secara baik dan bertanggung jawab merupakan
bentuk ucapan syukur kepada-Nya, karena hanya itu yang bisa dilakukan untuk
membalasnya meskipun tidak sebanding.
Matius 6:25..Bukankah hidup itu
lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Nats
tersebut jelas berbicara, bahwa betapa pentingnya hidup itu, Yesus sendiri yang
mengungkapkannya dalam khotbah di bukit.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa rasa sakit yang diderita dan yang dialami kadang-kadang
membuat manusia acuh tak acuh terhadap kondisi tubuhnya, keputusasaan dan
kepasrahan menghantui dirinya bahkan berujung kepada bunuh diri karena sudah
putus asa, penyakit tidak sembuh-sembuh dan lain sebagainya. Bunuh diri yang
saya ungkapkan diatas adalah dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan yang
mendasar dari tubuh, jiwa dan fikiran. Rasa sakit membuat seseorang bisa berada
atau terjebak dalam suatu keterpurukan kondisi. Berada dalam kondisi terpuruk
merupakan ketakutan bagi semua orang, dan itu wajar-wajar saja karena manusia
adalah terbatas dan penuh dengan kekuarangan. Tetapi satu hal yang mesti
diingat bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janjinya kepada umat yang berserah
dan berpengharapan hanya kepada-Nya. Dalam Markus pasal 11:24 dikatakan bahwa
apa yang kita minta dan doakan secara sungguh-sungguh maka kita akan
menerimanya asalkan kita percaya dan mengimani dengan sungguh. Tuhan akan
memberikan apa yang diminta dengan iman dan percaya bahwa tidak ada yang
mustahil bagi Allah.
Sebab itu
kesakitan, pergumulan, permasalahan dan persoalan dalam hidup ini yang kita
alami tidak pernah lepas dari intervensi Tuhan dan Tuhan tidak pernah
membiarkan anak-anak hidup dalam kesengsaraan. Tuhan selalu campur tangan dalam
kondisi apapun hidup kita, tergantung bagaimana kita meresponnya secara baik
dan positif dan mempercayakan sepenuhnya dalam tangan Tuhan.
Kadang-kadang
tanpa kita sadari bahwa Tuhan bisa menggunakan penyakit untuk “menghajar”
anak-anak yang dikasihi-Nya. Ibrani 12:6, “karena Tuhan menghajar orang-orang
yang dikasihi-Nya dan menyesah orang-orang yang dikasihi-Nya sebagai anak.”
Jikalau penyakit yang kita alami sebagai cambuk dan sesahan dari Tuhan, memang
sulit dipahami, sukar masuk akal kita. Tetapi oleh iman yang sungguh daru
Tuhan, firman itu menghiburkan, karena kita dikatakanh anak-Nya, anak yang
dikasihi-Nya. Segala beban hidup termasuk penyakit yang dialami, patut dilihat
sebagai alat didik bagi anak yang dikasihi. Hal ini bahwa kitalah anak didik
yang dikasihi-Nya, yang dibela-Nya dengan darah dan tubuh-nya yang tergantung
di kayu salib.
Melalui
segala kepahitan hidup, sakit penyakit yang menimpa, kita diajar, dididik oleh
Tuhan supaya kita terbentuk menjadi anak baik yang tekun berdoa, tekun dalam
iman, bersabar dan memiliki pengharapan penuh kepada janji Tuhan. Kita boleh
berefleksi dalam berbagai peristiwa kehidupan untuk menggali rencana indah
Allah melalui hidup kita.